Mohon tunggu...
Lia Falichatul Wachidah
Lia Falichatul Wachidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa di Fakultas Kedokteran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lika-Liku Perjalanan Masuk Fakultas Kedokteran

10 Juni 2023   12:16 Diperbarui: 10 Juni 2023   12:17 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebelum menceritakan mengenai perjalanan saya sendiri dalam masuk Fakultas Kedokteran, kiranya saya memperkenalan mengenai diri saya terlebih dahulu. Nama saya sendiri ialah Lia Falichatul Wachidah, saya kerap dipanggil dengan nama sebutan Lia. Saat ini saya merupakan mahasiswa aktif semester dua dari salah satu Fakultas Kedokteran di Perguruan Tinggi Solo, tepatnya yakni Universitas Sebelas Maret (UNS). Alamat yang saya tinggali juga tidak terlalu jauh dari kampus, yaitu Kabupaten Sragen. Mengenai cerita yang akan tulis disini, kiranya saya tulis atas kejadian yang saya alami sebelum menjadi mahasiswa aktif di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS).

Menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran merupakan bukan sebuah bayangan dari diri saya di masa lalu, karena dalam diri saya sering mempertanyakan kapasitas yang ada dalam diri sendiri, mengingat menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran dikenal dengan kepintarannya dalam dunia akademik. Saya sendiri pada saat SMA, bukanlah siswa yang benar-benar pintar maupun pandai dalam hal akademik dan juga non akademik, terlebih mengingat nilai-nilai yang saya peroleh pada saat menjadi siswa di SMA tidak terlalu bagus. Pada waktu SMA sendiri, saya merupakan anak yang lebih suka hal-hal yang tenang dan damai yang tidak terlalu memikirkan banyak permasalahan. Jadi pada waktu itu menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran tak pernah terpikirkan sama sekali dalam pikiran saya.

Masa-masa pembelajaran di SMA kiranya di waktu 2020-2021 juga mengalami banyak hambatan, karena kita tahu pada masa itu dunia sedang diserang dengan pandemi virus Covid-19. Lebih dari setahun pandemi virus Covid-29 mengubah segala kegiatan normal yang ada, pembelajaran di sekolah pun menjadi pembelajaran dalam jaringan atau pembelajaran daring (online). Di masa pembelajaran daring ini, saya juga merasa kurang efektif dalam mengikuti setiap pembelajaran yang ada, sehingga nilai-nilai mata pelajaran saya banyak yang turun. Tentu saja hal itu menjadi tamparan bagi saya, sebab saya merasa kurang bertanggung jawab atas kewajiban diri sendiri. Namun demikian, ada sebuah waktu di masa pandemi Covid-19 ini yang menjadi awal bayangan saya menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran. Waktu tersebut lebih tepatnya pada saat hari raya Idul Fitri, kejadian tersebut terjadi ketika saya sedang melakukan perjalanan menggunakan mobil bersama bapak saya. Di sela perjalana, bapak saya yang tidak suka banyak bicara menanyakan mengenai masa depan saya. Bapak saya dalam perjalanan tiba-tiba mengucapkan pertanyaan kepada saya "Meh jikuk jurusan opo, nduk?" (Mau ambil jurusan apa, nak?). Di waktu tersebut saya benar-benar bingung mau menjawab apa, mengingat saya belum terpikirkan mengenai masa depan saya pada saat itu. Lebih lanjut bapak juga mengucapkan "Dang dipikir meh nyandi, nek koe pengin kedokteran, sinau seng tenanan, bapak ga selama ne iso ngancani koe" (Cepat dipikir, kalau kamu mau ke kedokteran, belajar yang serius, bapak ga selamanya bisa menemani kamu). Situasi tersebut benar-benar membuat saya terdiam serta bertanya-tanya kepada diri sendiri mengenai apakah mampu saya masuk di Fakultas Kedokteran. Lanjutnya bapak kembali berucap "Nek koe nganti iso mlebu kedokteran kampus negeri, bapak paringi hadiah, bapak daftarke haji" (Jika kamu sampai bisa masuk kedokteran kampus negeri, bapak beri hadiah, bapak daftarkan haji). Sebenarnya saya sendiri tahu mengenai keinginan bapak saya yang menginginkan anaknya untuk menjadi dokter, akan tetapi keraguan akan kapasitas kemampuan saya menjadi hal pertimbangan yang sering saya pikirkan.

Namun tak disangka, percakapan tersebut menjadi nasihat terakhir bapak saya yang disampaikan. Saya ingat betul pada tanggal 17 Juni 2021 bapak saya menghembuskan napas terakhirnya. Hal itu menjadi pukulan yang hebat bagi diri saya, mengingat bapak merupakan orang tua yang sangat menyayangi anaknya. Namun atas kejadian tersebut, menjadi proses pembentukan tekad saya menjadi lebih besar untuk merealisasikan harapan bapak yang menginginkan anaknya menjadi dokter. Walaupun hal demikian berat, namun saya sendiri yakin bahwa bapak saya sangat merestui anaknya jika ingin merealisasikan harapan orang tuanya. Tak lupa pula diiringi doa dan semangat dari seorang ibu, saya benar-benar bertekad untuk hal itu semua. Dalam pelaksanaan ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri, tak berhenti saya terus mengucurkan doa-doa yang baik. Hingga pada akhirnya tidak ada yang menyangka, Allah dengan segala maha kuasanya mengabulkan doa-doa yang saya panjatkan. Saya sendiri masih ingat betul pada waktu pengumuman kelolosan ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri, pada waktu itu menjadi hari paling bahagia yang saya rasakan, sebab saya lolos masuk menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran dan yang utama adalah bisa merealisasikan harapan almarhum bapak saya. Memang hal itu tidak pernah terpikirkan sama sekali di waktu sebelumnya, namun doa dan restu dari orang tua lah yang menjadi motivasi utama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun