Kehidupan seorang kakek tukang becak di daerah Rancaekek, beliau bernama Iswanto, menjadi potret hidup yang pahit, menceritakan perjuangan keluarga di tengah badai ekonomi dan perpisahan yang sulit di senja kehidupannya. Dalam obrolan mendalam, Iswanto mengungkapkan detik sulitnya melangkah sendirian untuk memastikan kebutuhan keluarganya terpenuhi, terutama bagi sang istri yang sedang terbaring sakit.
Berusia 71 tahun, setiap hari Kakek Iswanto memulai hari dengan menjadi tukang becak dan menunggu di pasar untuk menunggu penumpang yang butuh jasa beliau, penuh harapan mencari penumpang untuk menopang hidupnya dengan becak yang sudah terlihat tua. “Ini satu-satunya alat saya untuk mencari nafkah” ujarnya
Sayangnya, kenyataan kejamnya adalah bahwa penghasilannya yang berkisar Rp50.000 per hari atau bahkan kadang kurang dari itu karena banyak penumpang yang tidak yakin untuk naik becak Kakek Iswanto. “Banyak orang yang ga tertarik naik becak saya, soalnya udah jelek” ujar kakek Iswanto dengan raut wajah sedih.
Keberanian Kakek Iswanto untuk menghadapi keterbatasan finansialnya mencerminkan kisah banyak lansia di Indonesia yang terpinggirkan oleh kerasnya kehidupan. Beliau berbagi bahwa setiap hari penghasilan yang diperolehnya harus dipertimbangkan dengan matang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya pengobatan sang istri yaitu Nenek Idah yang saat ini sedang sakit.
"Pilihan yang sulit antara mencari uang dan merawat istri yang sedang sakit" ujar Iswanto. "Tiap ada penumpang bersyukur masih ada rezeki untuk kehidupan bagi saya dan istri."
Nenek Idah sang istri Iswanto yang dulu berjualan sebagai tukang tempe keliling, untuk membantu sang suami bekerja. Tapi karena usia yang sudah tidak lagi muda Nenek Idah berhenti untuk berjualan karena memang sudah sering sakit-sakitan dan sekarang sedang terbaring sakit di rumah.
Penderitaan Iswanto semakin terasa ketika menceritakan terhadap anaknya yang telah lama tidak datang untuk menjenguk beliau dan istrinya, meski hanya sebatas kunjungan singkat. Kakek Iswanto memiliki satu anak yang dimana sang anak yang kini sudah menikah dan hidup bersama sang suami, meninggalkan kedua orang tuanya tinggal sendirian, terjebak dalam pusaran kesulitan hidup. Istri Iswanto, yang sebelumnya adalah seorang pedagang tempe, kini terbaring sakit dan telah menghentikan pekerjaannya.
"Istri saya sudah mencoba yang terbaik untuk menyambung hidup kami berdua. Namun, kadang-kadang rasanya sulit untuk bertahan, terutama ketika saya melihat istri saya yang sedang berjuang melawan sakitnya," ungkap Iswanto dengan suara penuh haru.
Kisah kesedihan ini semakin mendalam karena anak tunggal Iswanto, yang sebelumnya sudah menikah, jarang menyempatkan waktu untuk menjenguk kedua orangtuanya. Sang anak perempuan satu-satunya kini telah dibawa oleh suaminya, Iswanto merasa sendiri dan terpinggirkan, terutama saat melihat sosok istri yang dulu selalu mendukungnya kini harus bertarung melawan penyakit sendirian. "Dulu saya berjuang untuk keluarga, tapi sekarang rasanya sendirian. Anak saya sudah lama tidak datang, dan istri saya sendirian sedang sakit di rumah, kalo dibawa ke rumah sakit saya gapunya uang." ujar Iswanto dengan suara gemetar.
Meskipun kehidupan Kakek Iswanto mengalami keterbatasan, tetapi beliau tidak pantang menyerah menghadapi perjuangan dan keberaniannya untuk mencari nafkah setiap harinya menjadi tukang becak demi mencukupi kebutuhan beliau dengan sang istri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H