Sabtu pagi lalu saya dikejutkan dengan kehadiran seorang teman yang sudah lama tak saya jumpai. Dia datang bersama buah hatinya yang lucu serta menggemaskan. Saya merasa terhibur atas kehadirannya, karena kebetulan pagi itu saya tidak ada aktifitas apa-apa, kebetulan sabtu itu merupakan hari libur saya. Setelah saling melepas kangen, dia banyak bercerita tentang kehidupan rumah tangganya, baik itu hal yang manis, pahit, suka duka dia ceritakan. Tapi ditengah-tengah ceritanya ada satu yang kurang saya suka dari obrolan teman saya itu, secara terang-terangan dia membicarakan seseorang yang notabene dia itu adalah mertuanya, ibu dari suaminya, saya bertanya-tanya, kok bisa yah seorang istri membicarakan kejelekan ibu mertuanya, padahal mertua itukan sama saja dengan ibu kita, dia sosok yang harus kita patuhi, walaupun seringkali saya dengar bahwa sebaik-baiknya mertua kadang ada saatnya mertua itu menyebalkan, dan sebagainya. Tapi, ada baiknya kita seharusnya menyembunyikan kejelekan keluarga kita, karena itu merupakan hal yang dilarang, kejelekan itu bukan untuk diumbar, melainkan untuk ditutupi, dan kalaupun ingin cerita bukan cerita yang bermaksud menggibah, yang diperbolehkan adalah meminta saran bagaimana menyikapi seseorang yang kurang kita sukai, bukan membicarakan aibnya dibelakang. Apalagi seorang istri, istri merupakan kunci dari segala hal yang ada dikeluarganya, bukankah seharusnya kita menjaga nama baik serta martabat keluarga kita, bukan sebaliknya menjelekan nama baik keluraga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H