Mohon tunggu...
Lia Fahmi
Lia Fahmi Mohon Tunggu... -

pemakan nasi, peminum air,penyembah Allah SWT, penyayang sesama, penghirup udara, penyebar pesona, pencerah dunia, pecinta cakrawala

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mampir di Rumah Maksiat

9 Mei 2015   12:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:13 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang dipikirkan ketika mendengar kata "Reuni" ? suatu acara dimana kita bisa bertemu dengan teman lama, mengenang masa-masa kita bersama dulu. namun sekarang semua itu berubah..

malam itu sekitar jam 9, saya ditawari bergabung dengan teman-teman di sebuah rumah yang terletak beberapa meter saja dari rumah saya, ya bisa dibilang mini reunian, karena hanya dihadiri 5 orang. 3 org perempuan (termasuk saya), 2 orang laki-laki. mereka semua termasuk pemilik rumah adalah teman se SD saya dulu.

tidak aneh memang jika melihat di rumah tsb banyak ABG bergerombol di malam hari. seiring dengan gosip yang beredar, rumah yang bukan sembarang "rumah" itu sudah menjadi rahasia umum, hampir setiap hari saya melewati rumah itu, karena letaknya yang tidak jauh dari rumah dan berada di pinggir jalan. bahkan saya pun sering ditawari mampir dulu kesana. tapi saya selalu menolak dengan alasan malu bergabung dengan orang-orang yang tidak kenal.

pemilik rumah juga sudah terkenal "cabe-cabean", penampilannya yang selalu seksi dan bahasa sehari-harinya yang kasar. bahkan pernah bercerita dengan bangganya dia menjadi artis dangdut saweran. untuk menghargainya, saya ladeni obrolan noraknya itu, padahal saya  ingin sekali menertawakannya.

awalnya saya kira rumah tsb memang tempatnya anak-anak nakal, lama kelamaan saya mulai penasaran seperti apa isinya dimalam hari.

kebetulan malam kemarin saya sempatkan mampir, karena ada teman SD yang sudah lama tidak bertemu mengajak bergabung ke rumah tsb. terbayang masa masa bocah dulu, saat masih polos dan lugu . tapi sekarang semua itu berubah...

saya disuruh duduk di ujung kursi di ruang tamu yang gelap . kami mengobrol dan tiba-tiba salah satu dari mereka menuangkan minuman ke dalam gelas. saya kaget. ya, mereka meminum miras oplosan. saya saat itu hanya berpura-pura sibuk memainkan Hp sambil melihat aksi-aksi mereka yang bodoh. tidak lama salah satu dari mereka menyodorkan gelas ke hadapan saya, mereka semua melihat dengan sinis sambil menyuruh saya meminumnya. dengan setengah memaksa, gelas itu disodorkan ke bibir saya. saat itu saya mulai risih, saya bilang bahwa saya tidak suka oplosan, mereka langsung menjawab dengan marah, "yaudah sini duitnya kalo ga mau oplosan!"

mereka sangat ingin saya meminumnya, saya sadar suasana mulai tidak beres, satu pasangan diantara mereka, yaitu pemilik rumah dengan salah satu teman mulai melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan pasangan bukan muhrim. saya kaget tidak karuan  menontonnya dan mulai mual melihat noraknya mereka.

setelah itu saya memutuskan untuk pulang, tapi usaha itu sia-sia. pintu ditutup dan saya ditarik ke kursi untuk meminum miras oplosan tadi. rambut saya ditarik oleh salah satu teman saya, sebut saja Ayu. meskipun dia adik kelas saya, dia berani mengatakan kata yang kasar dihadapan saya dan membisikan ke telinga, "PENGECUT!" saat itu saya langsung emosi, ingin sekali menyiramkan miras yang saya pegang ke wajahnya. tapi saya kontrol, mencoba mengendalikan suasana karena jika saya berontak, mereka akan melawan dan sudah pasti saya kalah. saya coba menghirup bau minuman tsb, aroma soda nya sangat terasa. saya berpikir bagaimana caranya membuang minuman haram ini tanpa sepengetahuan mereka

entah kenapa mereka terlihat begitu dendam kepada saya, saya mencoba berbaur obrolan dengan mereka tanpa meminum setetespun. saya katakan bahwa saya masih sadar dan tidak berani mencobanya. mereka tertawa dan mengolok-olok seperti kesurupan, padahal saya tau mereka tidak mabuk.

untuk meyakinkan mereka, saya bilang bahwa saya akan mampir lagi besok malam, yaitu malam minggu. dan akan membawakan mereka uang untuk membeli miras. mereka hanya tertawa sinis dan mengizinkan saya pulang, "ditunggu besok malam!" itu yang Ayu katakan saat saya pergi keluar pintu. mereka merasa menang dan bangga dengan apa yang mereka lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun