Milad Muhammadiyah yang bersamaan dengan rangkaian acara Tanwir tahun ini mengangkat tema 'Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua.' Sejak didirikan pada tahun 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan, Muhammadiyah kini telah berusia 112 tahun. Pencapaian Muhammadiyah hingga menginjak usia ke-112 tahun tentu melalui perjuangan panjang. Sikap dewasa Muhammadiyah dalam menyikapi persoalan umat dan bangsa yang semakin kompleks membuat Muhammadiyah terus berdinamika dan semakin eksis setiap dimensi zaman.
Dalam menghadapi berbagai persoalan, Muhammadiyah selalu berpegang teguh pada prinsip Tajdid yang diyakini sebagai ciri pemikiran Islam itu sendiri. Tajdid diartikan sebagai pemurnian serta pembaharuan. Berkembangnya gerakan Tajdid di organisasi Muhammadiyah tidak terlepas dari pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dalam menjawab persoalan yang ada di Kampung Peradaban, Kauman, Yogyakarta, kala itu. Bahkan, hingga saat ini, semangat pembaharuan terus diyakini dan diimplementasikan dengan apik oleh para penggerak maupun tokoh Muhammadiyah demi mewujudkan cita-cita Muhammadiyah, yaitu terbentuknya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Implementasi Tajdid dalam Muhammadiyah telah berhasil melahirkan peradaban- peradaban yang besar, tidak hanya di dalam negeri, melainkan juga luar negeri. Muhammadiyah dalam membangun peradaban, dimanifestasikan melalui intervensi kemanusiaan dan keumatan seperti, pendirian sekolah, perguruan tinggi, rumah saki, panti asuhan, pemberdayaan ekonomi, gerakan filantropi, dan masih banyak lagi.
Intervensi Muhammadiyah tidak hanya berarti bagi mereka yang hidupnya kurang beruntung, melainkan juga berdampak besar untuk pencerahan peradaban bangsa. Sebagaimana ciri dari non governmental Organization menurut David Lewis, mereka digerakkan oleh berbagai nilai dan motivasi untuk mengejar perubahan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang kurang beruntung.
Disinilah maksud 'menghadirkan kemakmuran untuk semua' pada milad Muhammadiyah ke 112. Dalam pidatonya, Haedar Nashir menyampaikan bahwa menghadirkan adalah berada pada suatu keadaan untuk berbuat sesuatu yang bermakna dan bermanfaat bagi orang lain. Sedangkan makmur dalam bahasa Indonesia artinya sejahtera, serba kecukupan, dan tidak kekurangan. Sedangkan kemakmuran suatu negeri merupakan kondisi kehidupan yang tanahnya subur, penduduknya berkembang pesat, sejahtera, beruntung, dan sukses dalam diri individu dan masyarakat atau bangsanya. Kemakmuran sering kali menghasilkan kekayaan yang berlebih termasuk faktor-faktor lain yang dapat menghasilkan kekayaan yang berlimpah dalam segala tingkatan, seperti kebahagiaan dan kesehatan. Pandangan lain merujuk pada konsep yang seimbang, bahwa kemakmuran adalah kesejahteraan lahir dan batin, material dan spiritual, sehingga bukan kemajuan fisik, materi, dan ekonomi belaka.
'Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua' turut dimanifestasikan oleh Muhammadiyah dalam politik kebangsaan, dengan cara terlibat aktif sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan.
Dalam menjalankan politik kebangsaan, Muhammadiyah menggunakan pendekatan dakwah yang proaktif-konstruktif, bukan reaktif-konfrontatif. Artinya, Muhammadiyah mengedepankan solusi-solusi yang membangun atas permasalahan kebangsaan.
Upaya mewujudkan 'Kemakmuran Untuk Semua' bagi Muhammadiyah sejalan dengan amanat konstitusi dalam pembukaan Undang- Undang dasar 1945, yang berbunyi Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Tema milad tahun ini menjadi refleksi sekaligus pengingat tentang perjuangan Muhammadiyah yang patut disyukuri dan dibanggakan oleh persyarikatan maupun warga Muhammadiyah. Usaha Muhammadiyah dalam menghadirkan kemakmuran dapat dirasakan sejak sebelum Indonesia merdeka hingga saat ini. Dengan demikian, kemakmuran itu hadir di setiap zaman sejauh Muhammadiyah ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H