Mohon tunggu...
Kanaya Athalia
Kanaya Athalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

seorang amatiran

Selanjutnya

Tutup

Film

Tidak Menua Selama Puluhan Tahun? Ini Review Film The Age of Adaline

15 September 2024   10:40 Diperbarui: 15 September 2024   13:43 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.wikipedia.org/wiki/The_Age_of_Adaline

Tidak menua selama puluhan tahun? Review film The age of Adaline

Film yang diterbitkan pada tahun 2015 ini disutradarai oleh Lee Toland Krieger dan juga dibintangi oleh Blake Lively sebagai pemeran utamanya (Adaline). Krieger berhasil membuat pertanyaan tentang waktu dan kefanaan menjadi sebuah film romantis membuat konsep baru. Ditambah dengan Blake Lively yang berhasil membuatr keanggunan dari karakter Adaline bisa tersampaikan dengan baik. Bagaimana kisah Adalanie si perempuan yang tak bisa menua?

Film ini dimulai di tahun 1937 terdapat seorang perempuan berusia 29 tahun yang hidup bahagia dengan keluarganya tiba-tiba mengalami kecelakaan mobil dan juga tersambar petir. Setelah kecelakakaan tersebut terjadi, Adaline tidak bisa menua disaat semua teman seumurannya sudah terlihat menua. Kehidupan yang ia jalani ini memaksa dirinya untuk selalu berpindah-pindah, sampai harus selalu berganti identitas setiap beberapa tahun sekali agar tidak menimbulkan kecurigaan bagi yang akan membahayakan dirinya. Ia juga terpaksa meninggalkan anaknya agar tidak menjadi beban serta masalah bagi anaknya. Kehidupan yang tidak pernah menua ini cukup menyiksa Adaline yang teurs menghindari perasaan emosional kepada orang lain demi menjaga rahasia miliknya.

Dalam situasi itulah Adaline mulai  memikirkan pertanyaan yang  mendalam tentag cara kerja waktu, rasa cinta dan juga kefanaan dunia yang ada. Di saat itu ia juga bertemu dengan pria pujaan hatinya yaitu Ellis Jones. Kehadiran Ellis ini membuat Adaline mulai mempertimbangkan arti kehidupannya yang menyendiri itu. Tetapi, konflik mulai datang saat ayah dari Ellis mengenal wajah Adaline. Ayah dari Ellis akhirnya mengetahui kebenaran bahwa Adaline tidak bisa menua. Adaline pun melarikan diri, taapi sayangnya ia tertabrak truk dan mengalami hipotermia. Setelah ia dibawa ke rumah sakit, detak jantungnya yang sempat berhenti itu bisa kebali berdetak setelah mendapatkan kejutan listrik menggunakan defibrillator yang emiliki tegangan kuat sama sperti saat ia tersambar petir. Setelah kejadian itu ia menyadari bahwa dirinya bisa menua dan hidup bahagia bersama Ellis.

Film ini dikemas dengan sinematografi yang sangat menarik, berhasill menampilkan kehidupan abadi Adaline yang tak pernah mengalami penuaan dan juga perjuangannya yang harus selalu berganti identitas demi keselamatan dirinya. Sinematografinya juga berhasil menangkap berbagai periode sejarah sesuai kehidupan yang dilewati Adaline dengan kulitas yang tak perlu diragukan lagi, kesan romatis seperrti menyihir kita masuk kedalam kisah adaline. Ditambah dengan musik ciptaan Rob Simonse semakin meningkatkan emosi yang ada sepanjang film ini, dengan menekan tema nostalgia dan cinta yang tak lepas dari waktu.

Walau film ini telah dikemas sebagus mungkin dengan tema yang menarik, tapi tetap ada beberapa scene yang terbilang klise dan agak bertele-tele. Ditambah dengan kisah cinta yang lumayan klasik membuat agak sedikit membosankan di tegah film. Lalu, ada penjelasan ilmiah tentang kondisi Adaline yang agak canggung dan butuh beberapa saat untuk mengerti hal yang dimaksud dalam penjelasan ilmiah tersebut.

Pesan dalam film The Age of Adaline ini memang tergolong dalam di mana kita diajak berpikir ulang tentang konsep waktu, dan juga kefanaan dunia yang waktunya terbatas. Dari film ini kita bisa melihat sudut pandang manusia jika kita menjadi abadi dan tidak menua. Terlihat juga karakter utama yang krisis identitas karena keabadian yang dia miliki. Kita bisa belajar banyak tentang semua yang kita lakukakn atau alami pasti akan memiliki hasil maupun konsekuensi yang bisa berkepanjangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun