[caption caption="Presiden Joko Widodo bertemu dengan Diaspora Indonesia di Auditorium Palace of Fine Arts di San Fransisco, 16 Februari 2016 ǀ Foto : Biro Pers-Setpres (VOA)"][/caption]Menurut data KBRI di Washington DC, saat ini ada sekitar 400.000 warga negara Indonesia di Amerika yang separuhnya adalah anak-anak muda, mereka sedang menuntut ilmu atau bekerja di berbagai sektor.
Ketika bertemu Diaspora Indonesia di Auditorium Palace of Fine Arts di San Fransisco, Selasa (16/2/2016), Presiden meminta agar anak-anak muda Indonesia yang berada di luar negeri, khususnya di Amerika dan ingin pulang untuk mengembangkan usaha di tanah air, agar tidak pernah ragu-ragu.
Tentu saja tidak semudah itu untuk menarik mereka agar pulang. Pertanyaannya, apakah kondisi yang ada di tanah air dapat mendukung pengembangan usaha sesuai dengan keahlian dan teknologi yang mereka miliki. Seperti yang dipertanyakan oleh Maya, profesional yang bekerja di bidang informasi teknologi di Silicon Valley, yaitu tentang kemudahan apa yang bisa diberikan pemerintah Indonesia jika anak-anak muda kreatif yang sudah memiliki jaringan digital ekonomi ini ingin pulang.
Fasilitasi terhadap mereka yang ingin pulang untuk menyumbangkan ilmu dan keahliannya di tanah air sudah seharusnya dipertimbangkan. Tidaklah mungkin pemerintah tidak mampu membantu memfasilitasi mereka demi kemajuan teknologi di tanah air oleh anak-anak bangsa sendiri.
Perlu dilakukan dialog lebih lanjut untuk mengetahui kebutuhan dan bentuk fasilitasi yang diperlukan. Apalagi kelembagaan Negara untuk keperluan itu juga tersedia, seperti Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristek dan Dikti), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Badan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dan lain-lainnya. Inilah saatnya lembaga-lembaga tersebut menindak-lanjuti dengan melakukan komunikasi, fasilitasi, dan realisasikan. Jangan menunggu lama.
Presiden menegaskan bahwa beliau menginginkan dalam waktu yang sangat cepat ini ada 1.000 pengembang dan wirausahawan di bidang teknologi (technopreneurs). Juga menggarisbawahi bahwa masyarakat Indonesia sangat membutuhkan tenaga ahli yang bisa menciptakan berbagai aplikasi teknologi seperti aplikasi perkiraan cuaca untuk nelayan, petani, dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), termasuk pasar tradisional. Jika tidak ingin tertinggal oleh kemajuan negara-negara lain, maka sudah saatnya Indonesia mengembangkan diri dan menyiapkan pengembang dan wirausahawan di bidang teknologi.
Jadi tunggu apa lagi. Segeralah lakukan langkah dan tindakan nyata, agar anak-anak muda Indonesia yang mempunyai pengalaman bekerja sebagai seorang profesional di negara maju seperti Amerika tertarik pulang dan bekerja di Indonesia, yang tentunya akan memberikan nilai tambah bagi negara.
Semoga.
Salam dari saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H