[caption caption="Limbah yang berupa kepala ikan. Foto : redoubtreporter.wordpress.com"][/caption]Sebagai negara maritim, Indonesia memang kaya dengan hasil laut yang melimpah. Hal ini memberi peluang untuk berkembangnya industri pengolahan hasil perikanan. Apalagi bila kebijakan pemberantasan illegal fishing dilaksanakan secara konsisten oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka pasokan ikan sebagai bahan baku di dalam negeri akan semakin melimpah (Baca : http://www.kompasiana.com/lhapiye/berantas-illegal-fishing-peluang-kembangkan-industri-perikanan_568cc94cb3937362048b459d).
Namun perkembangan industri pengolahan hasil perikanan pasti akan menyisakan hasil samping limbah yang berupa darah, kulit, kepala, sisik, tulang, ataupun sisa daging ikan yang menempel pada tulang, serta limbah cair dari proses pencucian dan pengolahan hasil perikanan tersebut. Limbah hasil perikanan dapat berbentuk padatan, cairan atau gas. Limbah yang berbentuk padat berupa potongan daging ikan, sisik, insang atau saluran pencernaan. Limbah yang berbentuk cairan antara lain darah, lendir dan air pencucian ikan. Sedangkan limbah yang berbentuk gas adalah bau yang ditimbulkan karena adanya senyawa amonia, hidrogen sulfida, atau keton.
[caption caption="Limbah dari pengolahan fillet ikan Nila Merah diangkut untuk diolah lebih lanjut. Foto : Dok pribadi"]
Tentu saja penanggungjawab usaha pengolahan hasil perikanan wajib melakukan penanganan limbah agar tidak mencemari lingkungan. Berbagai teknik penanganan dan pengolahan limbah telah dikembangkan. Masing-masing jenis limbah membutuhkan cara penanganan khusus, berbeda antara jenis limbah yang satu dengan yang lainnya. Namun secara garis besar, teknik penanganan dan pengolahan limbah dapat dibagi menjadi penanganan dan pengolahan limbah secara fisik, kimiawi, dan biologis. Walaupun ada sanksi yang diberikan bila tidak melakukan pengolahan limbah, namun sering kali pengolahan limbah tidak dilaksanakan dengan baik karena memerlukan tambahan pembiayaan.
Padahal, limbah tersebut tidak seharusnya dibuang begitu saja sehingga mencemari lingkungan, justru dapat dimanfaatkan atau diolah menjadi produk yang bernilai, sehingga dapat memberikan pendapatan tambahan. Bayangkan saja, 20-30 % dari produksi ikan kita sekitar 6.5 juta ton per tahun menjadi limbah. Hal ini berarti sekitar 2 juta ton terbuang sebagai limbah, yang seharusnya bisa dimanfaatkan.
Pemanfaatan limbah ini merupakan penerapan dari salah satu prinsip ekonomi biru (blue economy) yang saat ini sedang gencar dikembangkan, yaitu prinsip nirlimbah (zero waste) yang menekankan sistem siklikal dalam proses produksi, sehingga tercipta produksi bersih. Artinya, limbah dari sebuah proses produksi akan menjadi bahan baku atau sumber energi bagi produk berikutnya.
Bentuk-bentuk produk hasil pemanfaatan limbah dari proses pengolahan hasil perikanan cukup beragam, antara lain berupa :
(1) Daging lumat (minced fish), dihasilkan dari sisa-sisa daging ikan yang menempel pada tulang dan masih bisa dikumpulkan, dapat digunakan untuk bahan dasar pembuatan produk-produk gel ikan seperti bakso, sosis, nugget, siomay, dll.
(2) Minyak ikan, dapat diproduksi dari sisa-sisa daging dan kulit ikan. Pengolahannya dengan cara ekstraksi, dengan kombinasi pemasakan, pengeringan, dan pengepresan untuk memisahkan minyak dan tepung ikan. Manfaat minyak ikan untuk kesehatan dapat mencegah beberapa penyakit, antara lain jantung koroner, kelebihan kolesterol darah, kanker, kerontokan rambut, dan untuk kekebalan tubuh.
(3) Tepung dan silase ikan, dari limbah daging, tulang, insang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk dan pakan ternak/ikan. Tepung ikan merupakan produk berkadar air rendah yang kaya akan protein dan mineral, yang diperoleh dari beberapa proses pengolahan antara lain pemasakan, pengepresan, pengeringan dan penggilingan. Sedangkan silase ikan adalah sisa-sisa ikan yang diawetkan dalam kondisi asam dengan penambahan asam (silase kimia) atau dengan fermentasi/kemampuan bakteri asam laktat (silase biologis). Silase ikan yang dihasilkan berbentuk cair karena protein ikan dan jaringan struktur lainnya didegradasi menjadi unit larutan yang lebih kecil oleh enzim yang terdapat pada ikan.
(4) Kolagen dan gelatin : Kolagen merupakan protein penting yang menghubungkan sel dengan sel yang lain. Kulit dan sisik ikan merupakan salah satu sumber utama kolagen. Pembuatan kolagen dapat dilakukan melalui ekstraksi baik secara konvensional maupun secara enzimatis. Kegunaan kolagen diantaranya adalah untuk suplemen makanan, kosmetik, dan aditif pada makanan dan minuman ringan. Sedangkan gelatin, adalah derivat protein dari serat kolagen yang ada pada kulit, tulang, dan tulang rawan, yang diperoleh melalui proses hidrolisis serat kolagen. Berguna untuk pengolahan pangan (penstabil, pembentuk gel, pengental, pengemulsi, perekat, edible coating, pengikat air), dan non-pangan (kosmetik, medis/farmasi, kertas dll).