Mohon tunggu...
Trisno Utomo
Trisno Utomo Mohon Tunggu... Pensiun PNS -

Insan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Ekosistem Pesisir Sebagai Penyerap Karbon

7 Desember 2015   06:23 Diperbarui: 8 Desember 2015   06:11 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ekosistem pesisir, Ilustrasi : waikatoregion.govt.nz"][/caption]Mungkin kita lebih akrab dan sudah banyak mendengar tentang hutan bakau dan terumbu karang. Namun, di wilayah pesisir juga miliki ragam ekosistem lainnya, diantaranya adalah padang lamun, rawa payau (pasang surut) dan lahan gambut pesisir.

Bersama dengan hutan bakau (mangrove) dan terumbu karang (coral reef), padang lamun (seagrass), rawa payau (salt marshes), dan lahan gambut pesisir (coastal peatlands), adalah ekosistem yang kaya manfaat, baik langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan manusia. Mereka menjadi sumber bahan pangan, kayu-kayuan, pusat keragaman spesies penting, pelindung pesisir, hingga sebagai penyaring nutrisi dari aliran air tawar dari darat.

Satu manfaat besar di era perubahan iklim saat ini, yang mungkin kita tidak menyadarinya, adalah jasa ekologis mereka dalam penyerapan/sekuestrasi karbon (carbon sequestration), yang dapat membantu mengurangi pemanasan global.

Peningkatan panas bumi sudah disuarakan oleh Svante Arrhennius, ilmuwan asal Swedia pada tahun 1894. Hal itu kini sudah kita rasakan, temperatur atmosfer bumi meningkat signifikan sehingga menimbulkan global warming (pemanasan global) akibat peningkatan konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) di atmosfer, yang merupakan pendorong utama perubahan iklim global.

Dibawah prakarsa PBB, para pemimpin dunia mengadakan konferensi para pihak (Conference of Parties/COP) untuk menurunkan emisi karbon dioksida, termasuk yang terakhir COP ke-21 di Paris-Perancis (30 November-11 Desember 2015), namun ternyata hasilnya dapat dikatakan tidak berarti.

Dengan menjaga kelestarian ekosistem pesisir, berarti kita dapat mengurangi emisi CO2, yang pada akhirnya bisa mengurangi atau menghambat pemanasan global.

Mangrove

Mangrove menyerap sejumlah besar karbon dari atmosfer dan menyimpannya di diatas tanah, di daun dan batang, serta di bawah tanah di akar mereka. Ketika daun-daun kering jatuh, batang dan akar tertutupi oleh sedimen dan detritus, hal ini mencegah oksidasi karbon yang dikandungnya. Mangrove menyerap sekitar 5000 ton CO2 per kilometer per tahun. Hanya sekitar dua puluh persen yang dilepaskan kembali melalui respirasi.

[caption caption="Mangrove, Foto : intrepidberkeleyexplorer.com"]

[/caption]

Jika dibiarkan tidak terganggu, karbon yang terkubur tersebut dapat tersimpan selama berabad-abad. Ketika hutan mangrove dirusak atau hancur, karbon secara cepat teroksidasi dan dilepaskan kembali ke atmosfer sebagai CO2.

Mangrove menyediakan tempat tinggal dan makanan bagi banyak ikan, burung, krustasea, dan satwa liar lainnya. Konsentrasi tinggi nutrisi dalam sedimen, serta ruang perlindungan yang diciptakan oleh akar pohon yang terendam, memberikan tempat berkembang biak dan asuhan bagi banyak spesies.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun