[caption caption="Terumbu karang yang rusak akibat bom ikan ǀ Foto : isla-unhas.org"][/caption]Terumbu karang merupakan ekosistem khas perairan tropis, habitat berbagai biota laut untuk tumbuh dan berkembang biak dalam kehidupan yang seimbang. Berbagai hewan dan tumbuhan dengan warna, bentuk dan ukuran yang bervariasi hidup di ekosistem ini, sehingga terbentuk suatu kumpulan organisme yang serasi dan sangat indah untuk dipandang mata.
Organisme yang terdapat pada terumbu karang antara lain; Pisces (berbagai jenis ikan), Crustacea (udang, kepiting), Moluska (kekerangan, cumi-cumi, gurita), Echinodermata (bulu babi, bintang laut, timun laut, lili laut, bintang mengular), Polychaeta (cacing laut), Sponge, Makroalga (Sargasum, Padina, Halimeda) dan terutama hewan karang (Anthozoa).
Anthozoa merupakan hewan karang penyusun utama terumbu karang (coral reefs), karena mampu membuat "bangunan" dari pengendapan kalsium karbonat (CaCO3), walaupun tidak semua anggota Kelas Anthozoa dapat membentuk terumbu. Hidupnya bersimbiosis dengan alga bersel satu zooxanthellae (Symbiodinium microadriaticum). Hasil samping dari proses fotosintesa zooxanthellae inilah yang menghasilkan endapan kalsium karbonat dengan berbagai bentuk dan struktur yang khas.
[caption caption="Terumbu karang yang kondisinya baik ǀ Foto : @OceanSafariCT"]
Justru karena banyaknya manfaat tersebut terumbu karang banyak mengalami kerusakan. Peneliti senior bidang oseanografi LIPI, Suharsono (11/2/2016) dalam pemaparan status terumbu karang dan padang lamun di Indonesia pada Kamis (11/2/2015) menjelaskan bahwa hampir 70 persen (67,99 persen) terumbu karang di Indonesia dalam kondisi buruk dan jelek. Hanya 5 persen berstatus sangat baik dan 27,01 persen dalam kondisi baik.
Ada berbagai penyebab kerusakan terumbu karang, antara lain ; (1) Pengambilan (penambangan karang), (2) Sedimentasi (erosi), (3) Pencemaran, (4) Penangkapan ikan yang merusak, (5) Penambatan jangkar kapal, (6) Pembuangan sampah yang sembarangan, (7) Bintang laut berduri pemakan terumbu karang, (8) Penyakit, dan (9) Gempa bumi.
Dapat dikatakan, penyebab utama terjadinya pemutihan karang adalah akibat ulah manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan manusia yang langsung merupakan penyebab kerusakan antara lain pengambilan karang, sedimentasi, pencemaran, penangkapan ikan yang merusak, penambatan jangkar, dan pembuangan sampah.
Sedangkan yang tidak langsung, dan saat ini merupakan masalah global adalah pemanasan global yang menyebabkan pemutihan karang. Perubahan iklim yang menyebabkan peningkatan suhu permukaan laut dan tingkat sinar ultraviolet matahari, akan menghilangkan alga yang bersimbiosis (zooxanthellae) yang merupakan tempat bergantungnya polip karang untuk mendapatkan makanan. Karang akan memutih apabila suhu meningkat tajam dalam waktu yang singkat, atau suhu meningkat perlahan-lahan dalam jangka waktu yang panjang, dan akhirnya karang tersebut akan mati.
Diharapkan ke depan kerusakan terumbu karang ini bisa dicegah. Hal ini mengingat terumbu karang merupakan kekayaan laut yang berpotensi mengangkat pariwisata Indonesia. Tak hanya itu, terumbu karang juga dapat mengangkat perekonomian masyarakat. Antara lain dengan pembudidayaan karang lewat kegiatan transplantasi untuk diperdagangkan. Selain bernilai ekonomi, budidaya karang mampu mencegah kerusakan karang alami yang ada di laut oleh masyarakat.
[caption caption="Budidaya karang ǀ Foto : balieditor.com"]
Salam dari saya.