Mohon tunggu...
Trisno Utomo
Trisno Utomo Mohon Tunggu... Pensiun PNS -

Insan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sidat, Rela Mati Demi Kelangsungan Generasi

29 November 2015   05:48 Diperbarui: 23 Desember 2019   12:54 2479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nelayan menunggu glass eel di sungai Yoshino-Jepang. Agar glass ell tertarik digunakan lampu yang bersinar terang. Ketika glass eel terkumpul dan dekat, nelayan menangkapnya dengan scoop. Foto : thechive.com

Telur yang telah dibuahi menetas di permukaan dan menjadi larva berbentuk daun, melayang hanyut di arus laut menuju pantai. Mereka memiliki gigi, tetapi tidak jelas untuk tujuan apa, mungkin untuk menyimpan kalsium guna pertumbuhan tulang. Kulitnya untuk menyerap nutrisi, dan peneliti belum menemukan makanan pada larva. Setelah larva mencapai pantai, transformasi yang luar biasa terjadi, mereka menjadi ramping dan transparan, yang dikenal sebagai glass eels.

Glass eels segera berubah menjadi abu-abu-coklat, dan dalam bentuk ini mereka dikenal sebagai elver. Mereka bermigrasi ke hulu, sering dalam gerombolan dan biasanya pada malam hari. Elver muda bisa memanjat air terjun, tapi kehilangan keterampilan ini saat mereka tumbuh.

 Elver menjadi dewasa, dengan kepala besar dan badan gemuk. Setelah bertahun-tahun di air tawar, sidat bermigrasi kembali ke air mengalir menuju ke laut. Ketika mereka mencapai ukuran yang mampu berbiak, perut sidat bagian bawah yang berwarna abu-abu kekuningan berubah menjadi abu-abu putih, perubahan bentuk kepala serta sirip punggung dan sirip dada menjadi lebih gelap. Ketika migrasi, jantan rata-rata berumur 14 tahun (38-58 cm) dan betina 22 tahun (50-100 cm). Akhirnya sampai di spawning ground mereka memijah, kemudian jantan dan betina mati setelah pemijahan. Karena migrasinya dari air tawar ke samudera untuk bertelur, maka sidat disebut sebagai ikan katadrom (catatan : bila sebaliknya disebut anadrom).

Selama berabad-abad, larva sidat dianggap sebagai spesies lain, ditemukan di laut dan sangat berbeda dari sidat dewasa, diberi nama Leptocephalus brevirostris. Baru pada tahun 1896, ahli zoologi dari Italia Giovanni Grassi melaporkan bahwa Leptocephalus ternyata adalah larva sidat, dan oleh karena itu larva sidat sering disebut leptocephali (“kepala datar”, yaitu larva dari sidat yang transparan).

Dalam survei di Sumatera pada tahun 2003, leptocephali yang dikumpulkan di barat Sumatera, dari mikrostruktur otolith larva ini mengungkapkan bahwa kisaran ukuran telah mencapai antara 44,1-55,5 mm dan umur 114-158 hari. Perjalanan larva spesies ini untuk mencapai pantai sangat dipengaruhi oleh Arus Equatorial Selatan, Arus Kontra Equatorial Selatan dan dan Arus Jawa Selatan.

Ancaman

Produksi benih sidat belum bisa dilakukan di penangkaran, sehingga usaha pembesarannya memerlukan penangkapan glass eels dari alam. Oleh karena itu, berbagai tahap kehidupan mulai dari glass eels hingga dewasa dari semua spesies Anguilla, ditangkap dan diperdagangkan secara global untuk keperluan budidaya dan konsumsi, dan permintaan saat ini sebagian besar didorong oleh pasar Asia Timur, khususnya Jepang dan Cina daratan. Pola mengenai eksploitasi sudah jelas, ketika salah satu spesies atau populasi Anguilla mengalami over-eksploitasi, maka industri beralih ke spesies yang lain untuk memenuhi permintaan.

Nelayan menunggu glass eel di sungai Yoshino-Jepang. Agar glass ell tertarik digunakan lampu yang bersinar terang. Ketika glass eel terkumpul dan dekat, nelayan menangkapnya dengan scoop. Foto : thechive.com
Nelayan menunggu glass eel di sungai Yoshino-Jepang. Agar glass ell tertarik digunakan lampu yang bersinar terang. Ketika glass eel terkumpul dan dekat, nelayan menangkapnya dengan scoop. Foto : thechive.com
Spesies sidat yang secara tradisional dan global telah digunakan untuk budidaya dan konsumsi adalah A. japonica (sidat Jepang) dan A. Anguilla (Sidat Eropa). Karena penurunan kelimpahan dan ketersediaan dari kedua spesies tersebut, diyakini bahwa A. bicolor adalah alternatif berikutnya, sehingga permintaan akan spesies ini meningkat. Meskipun hanya sedikit data yang tersedia untuk memperkirakan perubahan populasi spesies ini, jelas bahwa jumlah glass eels yang diekspor dengan cepat meningkat untuk memenuhi permintaan. Oleh karena itu, meningkatnya eksploitasi diperkirakan akan terus terjadi.

Di Indonesia, akibat meningkatnya ekspor glass eels maka telah dilakukan pelarangan melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18/2009. Namun ekspor illegal benih sidat masih marak karena tidak adanya ketegasan dalam penegakan peraturan yang berlaku. Disisi lain usaha budidaya (pembesaran) sidat di dalam negeri sulit berkembang dan kurang diminati oleh masyarakat. Alasannya adalah waktu pemeliharaan panjang, teknologi belum sepenuhnya dikuasai, dan resikonya ‘dipandang’ tinggi.

Meningkatnya eksploitasi spesies ini cenderung menimbulkan ancaman signifikan terhadap populasi pada skala global, dan spesies ini akan cepat dapat memenuhi syarat untuk dikategorikan sebagai populasi yang “terancam”.

Sementara peningkatan eksploitasi menjadi perhatian khusus, diperlukan pula perhatian terhadap efek kumulatif dan sinergis dari beberapa ancaman pada beberapa fase dalam siklus hidup A. bicolor. Sampai saat ini, beberapa studi telah menemukan ancaman yang dihadapi spesies ini. A. bicolor kemungkinan akan terkena dampak ancaman yang umum bagi banyak spesies anguillid (seperti perubahan iklim, perubahan arus laut, hambatan migrasi, kematian pada turbin pembangkit listrik tenaga air, polusi, eksploitasi, pengurangan habitat, dan penyakit). Individu dewasa yang bermigrasi kembali ke laut untuk pemijahan, adalah fase yang paling terancam dalam siklus hidupnya karena mereka rentan terhadap penangkapan. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan pengawasan dan pengelolaan populasi spesies ini menjadi sangat penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun