Belut bisa hidup dalam kondisi dan habitat apapun, asal ada air, lumpur, dan lubang. Lokasi pemeliharaan belut bisa di dataran rendah sampai ke dataran tinggi. Hanya yang perlu dijaga, kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, jangan terlalu keruh dan tidak tercemar bahan kimia beracun maupun minyak atau limbah pabrik. Teknologi budidaya belut sudah banyak disusun dalam bentuk buku panduan yang dapat diperoleh di toko-toko buku.
Saat ini, belut sawah telah dimanfaatkan sebagai sumber protein terutama di kawasan pedesaan, dan bahkan di beberapa daerah telah dieksploitasi secara besar-besaran untuk dijadikan bahan baku pembuatan keripik belut pada industri rumah tangga, dan juga sudah menjadi salah satu komoditas ekspor.
Belut mengandung nutrisi yang baik bagi kesehatan, antara lain leusin, isoleusin, arginin, protein, asam lemak tak jenuh omega 3 dan omega 6, kalori yang tinggi, sodium, vitamin A, B1 (thiamin), B2 (riboflavin), B3 (niacin), B6 (pyridoxine), B9 (asam folat), B12 (kobalamin), C, E, kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, zink, selenium, dan kolesterol.
Oleh karena itu, ikan belut memiliki beberapa khasiat, antara lain sebagai pembentukan protein otot (leusin), menutrisi otak dan membantu proses tumbuh kembang anak (isoleusin), kesehatan jantung dan pengobatan kanker (arginin), sumber protein bagi semua kelompok usia termasuk anak-anak, sumber vitamin, mencegah anemia (zat besi), memperkuat tulang (fosfor), dan penambah stamina (kalori). Yang perlu diwaspadai adalah kandungan kolesterolnya apabila dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan. (Dari berbagai sumber).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H