Mohon tunggu...
Cath Sierra
Cath Sierra Mohon Tunggu... -

Seorang yang berpikir untuk selalu belajar dari kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Terima Kasih, Ma! Pa!

27 Maret 2011   01:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:24 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teringat kembali waktu kuliah tingkat 3, aku sempat hendak mengajukan darmasiswa yang disediakan oleh kampus bagi mahasiswa dengan IPK di atas 3 yang kondisi ekonomi keluarganya kurang. Saat itu seorang teman yang cukup dekat denganku berujar, “Kamu kan kondisi ekonomi keluarganya tidak kurang, mengapa meminta darmasiswa? Kalau seperti aku, perantauan, kuliah jauh di sini, kondisi ekonomi juga terbatas, barulah minta.” Saat itu aku hanya memandangnya dan mengiyakan, dalam hatiku berpikir, “Iya juga, beri kesempatan kepada yang lebih membutuhkan.”

10 tahun setelahnya atau 2 tahun yang lalu, barulah aku tahu kondisi yang sebenarnya. Mamaku bercerita tentang kesulitan membiayai sekolahku dan kakak perempuanku, dari aku SMP dan kakakku SMA, sampai kita berdua selesai kuliah, terutama saat aku SMA dan kuliah. Ternyata mama sempat meminjam uang kepada adik lelaki dan beberapa temannya untuk membiayai kuliah kami, benar-benar hal tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Satu hal yang membuat mama terus banting-tulang untuk membiayai sekolah aku dan kakakku, karena kita berdua mau belajar. Beliau juga bercerita betapa pahitnya menyadari bahwa adik papa yang nota bene orang yang berduit, sampai tidak percaya saat aku berhasil masuk ke universitas tanpa sumbangan sukarela, sedangkan anaknya yang sudah pakai sumbangan sukarela cukup tinggi, tidak lolos seleksi masuk universitas tersebut. Sampai-sampai saat pembayaran awal biaya perkuliahan, beliau ikut “cek” apa benar aku masuk universitas hanya dengan biaya pokok saja.

Sampai saat ini aku benar-benar tak berhenti berpikir, orang-tuaku, apalagi mama sering kali menutup segala sesuatu dengan “white lies”-nya, ternyata tujuannya untuk kemajuan anak-anaknya. Aku berpikir, kalau aku jadi beliau, rasanya aku akan menceritakan kondisi ekonomi keluarga pada anak-anakku, bukan untuk menghalangi mereka berkembang tentunya, namun untuk masalah studi, kan banyak sekali beasiswa yang ditawarkan. Lagipula dengan membiarkan anak berpikir kondisi keluarga lumayan (padahal tidak), bukankah bisa saja terjadi kalau anak-anaknya akan lebih seenaknya memakai uang?

Namun terlebih daripada itu, segala kepahitannya terbayar dengan usaha keluarga kami yang cukup stabil saat ini. Memang, cita-cita akan berhasil diraih saat kita mau untuk gigih berusaha dan bertekun. Setidaknya untuk mamaku yang masih berpikiran totok, “Kalau kondisi ekonomi lumayan, ga akan ada orang yang menghina!” hal ini merupakan kesuksesan yang luar biasa.

I'm really proud of both of you, doaku untukmu, ma! pa!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun