Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Lainnya - ASN di KLHK

Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tahta untuk Rakyat

10 Januari 2022   08:53 Diperbarui: 11 Januari 2022   21:47 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasarkan catatan sejarah yang aku peroleh dari mbah Google, alur Selokan Mataram ternyata sudah ada sejak zaman Panembahan Senopati sekitar tahun 1588 dalam bentuk parit. Parit yang dibangun Sultan Mataram Pertama ini berfungsi sebagai pertahanan dari serangan musuh.

Sri Sultan HB IX memutuskan membangun Selokan Mataram selain ingin mewujudkan ide Sunan Kalijaga agar dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat yang mayoritas petani, juga untuk melindungi rakyatnya agar tidak dikirim keluar Jogja oleh Jepang sebagai Romusa. Keputusan pro rakyat inilah maka Selokan Mataram disebut sebagai monumen "Tahta untuk Rakyat".

Sunan Kalijaga sebagai salah satu penyebar Agama Islam di Nusantara terkenal dengan pendekatan atau cara damai sebagai tokoh yang dihormati Raja Jawa ini. Cara ini terbukti rakyat dapat menerima Agama Rahmatalilalamin ini dengan suka cita. Semoga catatan sejarah ini bisa mengilhami para ulama saat ini akan dasyatnya syiar dengan cara-cara damai sebagaimana yang dicontohkan Rosul kepada umatnya.

Setelah hari Sabtu aku menyusuri Selokan Mataram di sisi timur, maka hari Minggu ke arah barat Kota Jogja. Setelah menyebrangi Ringroad Barat, kanan dan kiri Selokan relatif masih alami ditumbuhi tanaman yang sebelahnya berupa persawahan yang luas. Pemandangan ini sangat berbeda dibandingkan sebelah timur yang sudah banyak bangunan.

Jalan aspal yang fungsinya sebagai jalan inspeksi Selokan yang menghubungkan Sungai Progo dan Sungai Opak sejauh 31,2 km ini berakhir di dekat SMPN 2 Tempel. Aku kayuh sepeda ini dengan santai dan di beberapa titik aku berhenti untuk mengambil gambar ibu-ibu yang sedang bekerjabakti membersihkan selokan, jembatan yang berfungsi sebagai jalan dan juga sebagai aliran selokan yang melintasi sungai di bawahnya, Gunung Merapi dari kejauhan, melihat Tuk (Mata Air) Si Bedug yang airnya sangat jernih, dan menikmati semangkok mie ayam.

Selokan sepanjang 31,2 km ini melintasi di atas 24 sungai dan mengalir di bawah 3 sungai. Sungai-sungai yang mengalir di Yogyakarta ini tergolong sungai tua. Hal ini ditunjukan dengan bentuk sungai yang curam dan aliran airnya terletak di dasar sehingga sulit dijadikan irigasi untuk keperluan pertanian. Hal ini merupakan alasan juga mengapa Selokan Mataram ini dibangun sebagai irigasi agar tanah di Jogja bagian utara bisa berproduksi sepanjanjang tahun.

Ngonthel menyusuri salah satu Monumen penting peninggalan Raja Jawa ini selain menyehatkan tubuh dan menyegarkan fikiran, juga menanamkan kebanggaan pada penguasa yang selalu memikirkan dan dekat dengan rakyatnya.

Akhirnya ngonthel berakhir di warung yang menjajagan kelapa muda di pingir Jakal km 7. Sambil berharap ada pengganti ion-ion yang hilang, aku berfikir apakah program kerja pemerintah sekarang untuk membangun insfrastruktur jalan, waduk, irigasi secara besar-besaran termasuk ide pemindahan dan pembangunan Ibu Kota Negara di Kalimantan Timur  yang banyak orang mengira sangat mustahil terinspirasi para leluhur yang telah meninggalkan legacy nyata bagi kemakmuran rakyatnya sekarang dan akan datang?

Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Karena waktu Selokan Mataram sepanjang 31,2 km yang membentang dari Sungai Progo dan Sungai Opak saat tahun 1942 merupakan proyek sangat besar dan banyak yang mengatakan hal yang mustahil untuk dilakukan. Tapi waktu juga yang membuktikan bahwa dengan tekad yang kuat, kerja keras dan semangat gotong-royong antara pemerintah dan rakyatnya, semuanya bisa terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun