Saat kita mendengar atau membaca kata "pemanasan global", hal pertama yang terlintas di kepala adalah "panas". Pemanasan global atau biasa disebut sebagai global warming adalah peningkatan suhu rata-rata atmosfer bumi dan lautan dalam jangka waktu yang panjang. Sejak Revolusi Industri, suhu tahunan global telah meningkat lebih dari 1 derajat Celcius, atau sekitar 2 derajat Fahrenheit. Sejak tahun 1880 awal pencatatan yang akurat hingga 1980, suhu rata-rata naik sebesar 0,07 derajat Celcius (0,13 derajat Fahrenheit) per dekade. Namun, sejak 1981, laju kenaikannya meningkat lebih dari dua kali lipat: dalam 40 tahun terakhir, suhu tahunan global naik sebesar 0,18 derajat Celcius (0,32 derajat Fahrenheit) per dekade. Para ilmuwan iklim kini menyimpulkan bahwa pemanasan global harus dibatasi hingga 1,5 derajat Celcius pada tahun 2040 untuk menghindari masa depan yang dipenuhi dengan dampak terburuk dan paling merusak dari perubahan iklim, seperti kekeringan ekstrem, kebakaran hutan, banjir, badai tropis, dan bencana alam lainnya.
Menurut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), pemanasan global atau global warming disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca seperti karbondioksida, metana, dan nitrous oxide yang dihasilkan dari aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan pertanian. Deforestasi berperan penting karena pohon yang ditebang tidak lagi dapat menyerap karbondioksida, dan sering kali pohon yang ditebang dibakar sehingga melepaskan lebih banyak karbondioksida ke atmosfer. Penggunaan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas alam menyebabkan global warming karena pembakarannya melepaskan sejumlah besar karbon dioksida dan gas-gas rumah kaca lainnya ke atmosfer. Selain itu, praktik pertanian intensif dan peternakan juga melepaskan metana dan nitrous oxide dalam jumlah besar. Saat ini, bumi menyerap energi panas matahari lebih banyak dikarenakan emisi gas rumah kaca. Gas rumah kaca (GRK) memiliki pengaruh signifikan terhadap global warming dan atmosfer. GRK seperti karbondioksida, metana, dan dinitrogen oksida menyerap dan memancarkan radiasi inframerah dari matahari. Proses ini disebut efek rumah kaca, yang merupakan mekanisme alami yang menjaga suhu bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, aktivitas manusia telah meningkatkan konsentrasi GRK ini di atmosfer, memperkuat efek rumah kaca secara berlebihan. Saat GRK menyerap radiasi inframerah, mereka memerangkap panas di atmosfer yang seharusnya dipantulkan kembali ke luar angkasa. Peningkatan konsentrasi GRK menyebabkan lebih banyak panas terjebak, yang pada akhirnya meningkatkan suhu rata-rata global. Secara keseluruhan, peningkatan GRK di atmosfer adalah pendorong utama global warming, dengan dampak luas pada lingkungan dan kehidupan di bumi.
Peningkatan global warming ini sangatlah harus diwaspadai sebab dampak-dampak yang dihasilkan sangat besar. Global warming, atau pemanasan global, membawa berbagai dampak signifikan yang mempengaruhi alam dan kehidupan manusia di seluruh dunia. Salah satu dampak paling langsung dari global warming adalah peningkatan suhu rata-rata global. Peningkatan ini menyebabkan perubahan dalam pola cuaca dan iklim di seluruh dunia, dengan beberapa daerah mengalami pemanasan yang lebih ekstrem dibandingkan yang lain. Hal ini dapat mengakibatkan musim panas yang lebih panjang dan intens serta musim dingin yang lebih pendek dan lebih ringan. Kenaikan suhu ini sudah memberikan efek besar seperti mencairnya es di wilayah kutub dan gletser di seluruh dunia. Es yang mencair ini berkontribusi langsung pada kenaikan permukaan laut. Kenaikan permukaan air laut dapat mengancam wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, meningkatkan risiko banjir, erosi pantai, dan intrusi air asin ke dalam sumber air tawar. Selain itu, pencairan es di wilayah kutub juga berdampak pada habitat satwa liar, seperti beruang kutub, yang bergantung pada es untuk berburu dan mencari makan.
Pemanasan global juga berdampak buruk terhadap kesehatan. Pemanasan global berdampak pada kesehatan manusia melalui berbagai cara. Peningkatan suhu dapat memperburuk kondisi kesehatan yang berkaitan dengan panas, seperti stroke panas dan dehidrasi. Selain itu, global warming juga dapat meningkatkan penyebaran penyakit yang ditularkan oleh vektor seperti malaria dan demam berdarah, serta memperburuk kualitas udara yang dapat memicu penyakit pernapasan. Apabila pemanasan global terus meningkat, maka ekosistem dan habitat alami akan terganggu. Spesies yang tidak dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kondisi lingkungan akan terancam. Banyak spesies hewan dan tumbuhan menghadapi risiko kepunahan yang akan menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati global dan melemahkan ekosistem.
Berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), para ahli telah menghimbau dan mengajak untuk mengurangi segala macam hal yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca agar dapat menghindari dampak perubahan iklim yang paling buruk. Secara keseluruhan, mulai dari para saintis, pemerintah, bahkan global, sepakat bahwa membatasi kenaikan suhu tidak mencapai 1,5 derajat Celcius per dekadenya sesuai dengan isi Perjanjian Paris (Paris Agreement). Selain itu, himbauan-himbauan dari para saintis berupa pergantian penggunaan energi terbaharukan, adanya mitigasi, mengurangi deforestasi, penghijauan dan sebagainya.
Akan tetapi, himbauan tanpa aksi nyata tidak ada gunanya. Perlu adanya upaya-upaya konkret dari pemerintah, perusahaan-perusahaan swasta, hingga kesadaran dari setiap warga negara akan hal tersebut. Selain itu, perlu adanya alternatif-alternatif lain yang dapat menjadi jalan atau yang akan membantu dalam aksi mengurangi pemanasan global ini. Pemerintah perlu mengimplementasikan kebijakan dan regulasi yang mendukung pengurangan emisi, seperti pajak karbon dan insentif untuk energi terbarukan. Di tingkat global, kerjasama internasional dalam perjanjian iklim, seperti Perjanjian Paris, sangat penting untuk mencapai target pengurangan emisi yang diperlukan untuk mencegah pemanasan global lebih lanjut. Edukasi dan kesadaran publik tentang pentingnya tindakan iklim juga berperan penting dalam mendorong perubahan perilaku yang mendukung keberlanjutan lingkungan.
Lalu, mengapa kita harus peduli penjelasan saintis tentang pemanasan global? Saat ini, dampak-dampak buruk sudah sangat terasa, lantas bagaimana kedepannya jikalau kita masih saja tak peduli? Kepedulian dan kesadaran akan dampak-dampak dari pemanasan global ini sangat penting sebab kita telah mengetahui dan merasakan sendiri bagaimana dampak-dampak buruk dari pemanasan global ini. Anda adalah penerus dari bangsa, negara dan penerus yang nantinya akan menjadi penentu bagaimana kondisi bumi ke depannya. Apakah Anda hanya akan diam menyaksikan generasi-generasi yang akan datang tidak lagi bisa menikmati indahnya bumi? Apakah Anda hanya akan diam dan menyaksian bumi menuju kehancurannya? Tentu saja tidak bukan? Oleh karena itu mari kita peduli terhadap bumi. Kepedulian ini dapat memulai dari mengurangi konsumsi energi listrik, menggunakan transportasi umum atau menggunakan transportasi yang ramah lingkungan, menghimbau kepada khalayak umum untuk peduli terhadap bumi yang dapat dilakukan secara langsung ataupun melalui media sosial.
Jadi ayo lindungi bumi kita! Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H