“Mbak, hadiah untuk saya sudah dikirim belum, ya?”
“Sudah dikirim kok sejak bulan Januari.”
“HAH?! Bulan Januari?! Berarti 2 bulan yang lalu dong…!” Lalu, saya mengecek tanggalnya, sepertinya itu memang tanggal-tanggal di mana saya sedang tidak berada di rumah karena ada acara keluarga di kampung. Saya ingat-ingat apakah ada sms atau telepon masuk dari kurir? Ah, tidak ada. Biasanya, kalau kurirnya JNE, dan tidak menjumpai seorang pun saat datang ke rumah saya, si kurir bakal menelepon atau mengirim sms. Saya akan meminta kurir menitipkan paket tersebut ke rumah tetangga.
“Memangnya kemarin pake kurir apa, Mbak?” saya bertanya lagi. Si Mbak pun menyebut nama jasa pengiriman paket yang tidak saya kenal. Barangkali masih baru. Saya minta si Mbak menanyakan ke jasa pengiriman tersebut, karena saya tidak mau hadiah saya hilang.
“Katanya, barang sudah diterima dan ditandatangani sama Mbak,” jawabnya. Walaaah! Saya tidak merasa menerima barang tersebut. Bohong nih kurirnya! Untunglah, panitiamau mengirimkan hadiah lagi kepada saya, walaupun rasa kesal kepada jasa pengiriman tersebut belum hilang sampai sekarang. Konyol sekali menuduh saya yang berbohong dan tidak mau mengakui bahwa saya sudah menerima hadiahnya.
Beberapa waktu kemudian, ada cerita yang lain lagi, kali ini kurir paketnya yang menelepon. “Halo Mbak, alamat rumahnya di luar jangkauan pelayanan kami. Tolong paketnya diambil di Bogor ya,” katanya. Saya menolak keras, karena walaupun rumah saya masuk daerah Bogor, tetap saja jauh kalau ambil sendiri ke Bogor. Lah kan pengirim sudah membayar biaya pengiriman, masa penerima harus mengambil sendiri? Sayang, saya kalah keras. Kurir paket itu lebih keras kepala. Saya harus mengambilnya sendiri ke Bogor. Saya pun hanya mengomel-ngomel sendiri. Suami yang “terpaksa” mengambilnya ke Bogor dengan naik kereta, lalu disambung naik angkot. Gila, kan? Apa gunanya ada jasa pengiriman kalau penerima harus mengambil sendiri paketnya?
Kejadian itu bukan sekali dua kali. Pokoknya, kalau bukan JNE, ada saja masalahnya. Pernah, alamatnya saya ganti saja dengan alamat rumah orang tua saya yang lebih dekat dengan kantor pusat jasa pengiriman paket tersebut, eh dia masih tanya-tanya rutenya bagaimana. Duh, jadul banget ya itu kurir. Memangnya tak bisa pakai GPS? Masa kerja jadi kurir tidak tahu jalan?! Intinya, saya disuruh mengambil sendiri barangnya ke kantor pusat mereka. Lah, sama saja bohong kan? Apa gunanya pakai jasa pengiriman paket?
Setelah beberapa kali pengalaman tidak enak dengan jasa pengiriman yang namanya kurang terkenal itu, saya selalu mewanti-wanti pengirim paket agar menggunakan jasa JNE saja. Pokoknya harus JNE. Alasannya, jasa pengiriman lain tidak bisa mencapai daerah saya. Kalau JNE, mas-mas kurirnya saja sudah kenal dengan saya. Sewaktu alamat rumah saya diganti oleh Pak RT (entahlah kenapa diganti, hehehehe….), saya tetap menggunakan alamat yang lama karena sudah hapal di luar kepala. Mas JNE tetap bisa sampai ke rumah saya, karena dia sudah kenal nama saya, ahahaha….. Dia bahkan tahu, kalau saya tidak keluar rumah juga, berarti saya sedang tidur atau sedang pergi. Kalau pagarnya tidak digembok, si mas akan masuk ke teras dan meletakkan paket saya di depan pintu. Kalau pagarnya digembok, paket tersebut akan dititipkan ke rumah tetangga, lalu dia akan memberitahukan saya melalui sms. Asyik, kaaan!
Sejak tahun 2010, saya aktif menggunakan jejaring sosial (facebook, blog, twitter, dan sebagainya). Sejak itulah saya mulai sering berhubungan dengan JNE, sebuah jasa pengiriman paket yang sudah terkenal se-Indonesia. Mengapa? Karena saya kembali menekuni hobi menulis, bahkan mencoba menerbitkan buku sendiri melalui jasa penerbitan buku “self publishing.” Menerbitkan buku sendiri itu memang kerja keras, karena buku tidak dijual di toko buku, jadi saya harus menjualnya sendiri. Pesanan-pesanan pun berdatangan, saya kemas dan kirim sendiri. Supaya mudah menghitung ongkos kirimnya, saya pakai JNE karena sudah ada rincian tarifnya di website jne.co.id. Tinggal masukkan domisili pengirim dan penerima, langsung deh keluar biayanya. Memang ada perbedaan beberapa ribu rupiah, saya tinggal menaikkan harga ongkos kirimnya beberapa ribu rupiah supaya saya tidak rugi.
Alhamdulillah, selama mengirimkan paket-paket tersebut melalui JNE, tidak ada masalah seperti paketnya hilang atau tidak sampai ke penerima. Ada beberapa pemesan buku yang minta saya menggunakan jasa pengiriman lain (yang tidak saya kenal), dengan alasan biayanya lebih murah. Duh, malas sekali saya melayaninya karena tidak ada agennya di tempat saya. Atau, nanti malah ada kejadian barang tidak sampai. Pernah saya coba pakai jasa pengiriman lain selain JNE, eh barangnya tidak sampai-sampai. Untunglah akhirnya sampai juga setelah berminggu-minggu, kalau tidak kan saya harus kirim ulang. Lebih baik biaya ongkos kirim lebih mahal beberapa ribu tapi barang sampai dengan aman daripada biaya kirim lebih murah tapi risikonya lebih besar. Saya jadi sering menolak pesanan buku yang meminta menggunakan jasa pengiriman selain JNE dengan alasan lebih murah. Iya, murah buat dia, mahal buat saya!
Selain sering mengirimkan buku melalui JNE, saya juga sering menerima hadiah dari hasil menang kuis atau lomba-lomba menulis. Adanya sosial media memang membuat hobi menulis saya semakin berkembang. Hadiah-hadiah lomba itu pun dikirim dengan menggunakan jasa pengiriman paket. Di antara semua jasa pengiriman paket yang digunakan oleh panitia, saya lebih suka bila mereka menggunakan JNE. Alasannya sudah tentu karena keamanan dan kecepatan pengiriman. Kalau saya sudah hampir 4 tahun ini berhubungan dengan JNE, rupanya JNE sendiri sudah memasuki tahun ke-24! Ya, JNE sudah melayani rakyat Indonesia selama 24 tahun!
[caption id="attachment_334992" align="aligncenter" width="300" caption="Resi JNE yang saya kumpulkan"][/caption]
Menurut saya, JNE itu:
Jelas: dalam proses pengirimannya. Biaya ongkos kirim sudah bisa kita ketahui lebih dulu melalui websitenya, www.jne.co.id. Lalu, kita juga bisa cek status kirimannya, apakah sudah terkirim atau masih di jalan. Kalau barang tidak sampai juga, kita bisa cepat komplain, dan langsung dilayani seketika.
Nyaman: menggunakannya. Tidak membuat hati deg-degan, khawatir barang tidak sampai atau hilang. Kurir JNE mengantarkan barang tepat waktu, sesuai dengan jenis pengiriman (YES/ REGULAR/ OKE), bahkan walaupun sudah sore pun tetap diantar.
Ekonomis: harganya. Mungkin memang ada jasa pengiriman paket lain yang harganya lebih murah, tapi apa gunanya harga murah kalau barangnya berisiko hilang atau penerima harus mengambil sendiri kekantor agennya? Seperti pengalaman saya di atas. Memang pengirim mendapatkan harga murah untuk ongkos kirimnya, tapi saya harus mengeluarkan ongkos lagi karena harus mengambil sendiri paketnya.
Saya rajin mengumpulkan e-connoute JNE atau resi pengiriman untuk berjaga-jaga kalau-kalau barang belum sampai-sampai. Seringkali, pembeli buku-buku saya adalah orang yang sama, jadi saya tinggal melihat ongkos kirimnya di resi yang masih saya simpan itu. Ternyata, resi-resi itu berguna juga untuk mendapatkan pinjaman modal usaha kecil dari sebuah bank, sebagai bukti bahwa saya sudah cukup berpengalaman menjalankan usaha jual beli buku. Lumayan bisa memperpanjang napas jual beli buku, hehehe…. Untung pakai JNE....
[caption id="attachment_335003" align="aligncenter" width="300" caption="Ternyata resi-resi JNE ini bisa jadi bukti usaha, lho!"]
Selamat ulang tahun yang ke-24 untuk JNE, semoga setia melayani rakyat Indonesia, aman, dapat dipercaya, dan sudah tentu harganya tetap terjangkau.
*Tiba-tiba ada yang memanggil saya dari luar, jam di dinding menunjukkan pukul 5.30 sore. "Pakeeet...!" Begitu, serunya. Saya pun keluar dan mendapati Mas Kurir JNE membawa sebuah paket, saat itu hujan rintik-rintik setelah sebelumnya hujan deras. Sudah sore plus hujan pula, tapi Mas Kurir JNE rela mengantarkan paket spesial buat saya. Uhuuuii... itu paket hadiah dari seorang teman blogger. Makasih ya Mas Kurir JNE... :D
[caption id="attachment_335006" align="aligncenter" width="300" caption="Paket Spesial diantar oleh Mas Kurir JNE"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H