Mohon tunggu...
Leyla Imtichanah
Leyla Imtichanah Mohon Tunggu... Novelis - Penulis, Blogger, Ibu Rumah Tangga

Ibu rumah tangga dengan dua anak, dan penulis. Sudah menerbitkan kurang lebih 23 novel dan dua buku panduan pernikahan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menjaga Api Semangat untuk Adik-adikku

22 Desember 2014   21:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:42 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bersyukur itu tidak hanya ketika mendapatkan anugerah, tapi juga ketika mendapatkan musibah.

Musibah terbesar dalam hidupku adalah ketika ibuku mengembuskan napas terakhir karena kanker. Aku masih ingat janjiku kepadanya. Aku akan membahagiakannya dengan meraih masa depan cemerlang, karena ia telah bekerja keras untuk memberikan pendidikan yang tinggi kepada keempat anak perempuannya. Akan tetapi, ia hanya sempat melihatku menjadi sarjana. Adikku yang nomor dua dan tiga masih kuliah, sedangkan yang bungsu baru berusia limatahun ketika ia meninggal dunia.

Untuk apa lagi aku meraih cita-cita tinggi jika Ibu tak menyaksikannya? Sejak remaja, aku sudah suka menulis novel. Ibu sempat melihat beberapa novelku diterbitkan, dan beliau sangat bangga. Aku ingin Ibu melihatku menjadi novelis sukses, tapi Tuhan terlalu cepat mengambilnya. Semangatku memudar ketika Ibu meninggalkan kami. Penyakit kanker itu tetap mencabut nyawa Ibu, meskipun kami sudah bersusah payah mengusahakan pengobatannya sampai menjual rumah, tanah warisan, dan semua uang royalti yang ada di tabunganku pun ludes tak bersisa. Bahkan, hingga kini aku masih menanggung hutang biaya pengobatan kanker Ibu.

Menjaga api semangat itu sungguh tidak mudah, tanpa adanya dukungan dari seorang Ibu. Hingga aku teringat pesan terakhir Ibu, “tolong jaga adik-adikmu, bantu mereka agar bisa menjadi sarjana sepertimu.” Aku pun menguatkan diri dan kembali menyusun cita-cita. Aku terus menulis, yang sebagian royalti dan honor menulis kuberikan untuk melunasi hutang Ibu dan membantu sekolah adik-adikku.

Musibah yang menimpa ibuku, membuatku menjadi individu yang mandiri, kuat, tegar, dan bermanfaat, tak hanya untuk diriku sendiri tetapi juga untuk adik-adik yang sebagian tanggung jawab ibuku beralih ke pundakku. Kini, dua adikku sudah menjadi sarjana, bekerja, dan menikah, tetapi masih ada satu lagi si bungsu yang masih duduk di bangku SMK. Semoga aku bisa terus menjaga api semangat di dalam diriku dan mensyukuri setiap anugerah maupun musibah yang ditakdirkan-Nya untukku.

[caption id="attachment_342749" align="aligncenter" width="252" caption="Aku dan adik bungsuku"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun