Mohon tunggu...
Leyla Imtichanah
Leyla Imtichanah Mohon Tunggu... Novelis - Penulis, Blogger, Ibu Rumah Tangga

Ibu rumah tangga dengan dua anak, dan penulis. Sudah menerbitkan kurang lebih 23 novel dan dua buku panduan pernikahan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makin Sehat dan Bugar dengan Aktif Bergerak

29 Desember 2014   20:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:13 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hamil lagi ya, Bu?”

Entah sudah berapa kali saya mendapatkan pertanyaan serupa. Kalau saya jawab, “Nggak kok, ini emang perut saya aja yang gendut,” dengan sopannya si penanya tidak mempercayai jawaban saya. “Masa sih bukan hamil? Tapi, kelihatan seperti hamil…..”

Saya hanya bisa bersabar dan bersyukur terhadap timbunan lemak di beberapa bagian tubuh setelah kelahiran anak ketiga. Apa boleh buat? Sudah takdirnya begitu. Saat gadis, berat badan saya hanya 50 kg, eh sekarang nyaris 70 kg. Ternyata setelah janin di dalam perut dikeluarkan, perut saya masih gendut saja. Banyak pakaian yang sudah tidak muat, kalau jalan terasa lebih cepat capai, kaki sering kesemutan dan kram, serta tidak percaya diri melihat cermin besar yang menampilkan seluruh tubuh saya.

Aneh juga, karena saya menyusui bayi dengan ASI yang konon dapat menurunkan berat badan Ibu dan langsing seperti semula. Nyatanya, saya masih saja gendut. Belum ditambah dengan penyakit-penyakit yang menghantui: diabetes, obesitas, sampai nyeri sendi. Soal diabetes ini tidak main-main. Mbah Putri (nenek dari ibu saya) meninggal karena diabetes. Pakde (kakak ibu saya) juga pernah menjalani pengobatan diabetes. Bulek (adik sepupu ibu saya) juga divonis terkena diabetes dan harus mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis. Artinya, saya berpotensi terkena penyakit diabetes jika tidak segera menjalankan pola hidup sehat dan aktif bergerak.

Big is beautiful, begitu kata sebagian orang. Benarkah demikian? Apakah sudah benar cara saya mensyukuri anugerah lemak di beberapa bagian tubuh saya ini dengan pasrah menerimanya? Bukankah Tuhan sudah memberikan karunia kesehatan untuk kita rawat dan jaga? Setelah sekian lama bersikap cuek terhadap berat badan yang membengkak, saya sempat tertarik juga dengan aktivitas senam yang dilakukan oleh ibu-ibu di lingkungan rumah tinggal saya.

“Si Noni sekarang badannya udah langsingan tuh. Ikut senam tiap hari,” cerita tetangga saya, tentang anak perempuannya yang dulu gemuk. Memang sih, badan si Noni (bukan nama sebenarnya) sudah terlihat agak kurus tapi belum bisa disebut langsing. Walaupun begitu, saya tertarik juga ingin ikut senam. Turun sekilo dua kilo sudah merupakan perubahan besar. Sayang, saya masih terkendala untuk ikut senam itu karena masih ada batita yang harus ditunggui di rumah. Dipikir-pikir, repot juga senam sambil membawa batita.

Hm, sebenarnya itu alasan yang dibuat-buat saja. Si kecil bisa dititipkan dulu, toh senamnya hanya sejam-dua jam. Yang benar adalah, saya masih malas menggerakkan tubuh agar lebih aktif dan bugar! Setelah melakukan aktivitas rutin: mengurus keperluan anak-anak dan suami yang mau berangkat ke sekolah dan kantor, saya malah tidur-tiduran lagi sambil mengeloni si bungsu. Si bungsu tidur, saya ikut tidur. Yaah, kapan kurusnya?

Saya menyewa asisten rumah tangga paruh waktu untuk melakukan sebagian pekerjaan rumah tangga, dengan alasan capai mengurus anak. Suami sudah mengatakan, “sebenarnya, Mama itu lebih baik mengerjakan tugas rumah tangga sendiri, biar badannya cepat langsing.” Saya malah berburuk sangka, “Ah, bilang saja Ayah nggak mau bayarin gaji pembantu, kaaan….” Ya, sudahlah, suami pun pasrah melihat tonjolan-tonjolan lemak di tubuh istrinya.

Suami saya juga tidak bisa disebut kurus, berat badannya sekarang bertambah 20 kg dibandingkan sebelum menikah. Menikah, bagi sebagian besar pasangan suami istri, memang menambah berat badan. Katanya, karena menikah membuat bahagia. Ups, maksudnya bukan berarti yang badannya kurus setelah menikah itu tidak bahagia lho….

Dua bulan lalu, suami terkena saraf terjepit di ekor tulang belakang. Selama dua bulan, suami tidak bisa berlama-lama duduk di kursi. Bahayanya, saraf terjepit bisa menyebabkan lumpuh. Setelah dua kali terapi, kondisinya sekarang sudah agak baikan, tapi seorang teman mengatakan bahwa saraf terjepit itu cenderung menyerang orang yang bertubuh gemuk dan jarang berolahraga. Itu karena suaminya juga pernah terkena saraf terjepit yang mengakibatkan tidak bisa bangun dari tempat tidur, bahkan sulit berbicara. Mengerikan!

Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit di mana bantalan lunak di antara ruas-ruas tulang belakang mengalami tekanan dan pecah, sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat syaraf melalui tulang belakang. HNP terjadi di seluruh ruas tulang belakang dari mulai tulang leher sampai tulang ekor. Bila terjadi di tulang ekor, maka akan terasa sakit seperti otot yang ditarik ke paha atau betis, sehingga menyebabkan kesemutan, nyeri, bahkan lumpuh.

Penyebab HNP mulai dari gerakan yang salah sehingga tulang belakang mengalami penyempitan ke bawah, membawa beban yang berat pada masa pertumbuhan sehingga tulang punggung menyempit dan menjepit syaraf, kebiasaan sikap tubuh yang salah selama bertahun-tahun, berat badan berlebih, gaya hidup yang tidak sehat, sering menyetir dan duduk terlalu lama, dan lain-lain. Pada pria, HNP dapat menyebabkan impotensi. Cara mencegah HNP, diantaranya dengan mengontrol berat badan, duduk dengan sikap tubuh yang benar, olahraga yang dapat melatih kekuatan dan kelenturan otot, dan menghindari aktivitas berulang.

Bukan tidak mungkin saya terkena penyakit yang sama, mengingat berat badan yang berlebih dan jarang berolahraga. Salah bergerak sedikit saja, ada syaraf yang terjepit, penderitaannya bisa berbulan-bulan. Berkaca dari pengalaman suami sendiri dan suami teman saya itu, di akhir tahun 2014 ini, saya memancangkan tekad untuk lebih aktif bergerak dengan berolahraga dan beraktivitas lebih banyak.

Olahraga tak perlu mahal. Tak perlu beli peralatan olahraga dulu, apalagi yang mahal-mahal. Banyak olahraga sederhana yang bisa dilakukan di rumah, tanpa mengeluarkan biaya. Tergantung niat dan kemauannya saja.

Olahraga yang sederhana dan murah

Ada beberapa jenis olahraga yang hanya memerlukan biaya sedikit atau bahkan tidak ada biaya sama sekali, tapi manfaatnya sangat besar. Diantaranya: jogging (lari), renang, sit up, push up, senam ringan di dalam rumah, bersepeda, dan lain sebagainya. Olahraga lari tidak harus dilakukan di treadmill, di lapangan depan rumah pun bisa. Suami saya sudah merasakan manfaat lari ini, walaupun baru dilakukan seminggu sekali di hari libur. Tubuhnya menjadi lebih sehat dan bugar. Tanpa biaya, pula. Olahraga renang bisa dilakukan di kolam renang umum secara rutin. Maklum, belum punya kolam renang pribadi. Senam ringan di dalam rumah (atau di halaman rumah) juga sudah rutin saya lakukan. Pokoknya, kalau ada niat olahraga, pasti bisa.

[caption id="attachment_343265" align="aligncenter" width="448" caption="saya berenang bersama anak-anak/ foto: dok. pribadi"][/caption]

Buang kalori dan lemak berlebih dengan mengerjakan pekerjaan rumah tangga

Pekerjaan rumah tangga bukan pekerjaan sepele, beberapa diantaranya dapat membuang kalori dan lemak. Memang benar, sekarang ini sudah banyak peralatan rumah tangga elektronik yang membantu pekerjaan rumah tangga dengan cepat dan mudah. Mau mencuci pakaian, sudah ada mesin cuci. Mencuci piring, juga ada mesin cuci piring. Menyetrika pun ada setrika uap yang tinggal semprot. Semakin dimudahkan oleh teknologi, semakin malaslah kita untuk bergerak. Apalagi saya juga memakai jasa asisten rumah tangga. Beberapa aktivitas rumah tangga yang dapat membuang kalori, diantaranya: menyetrika (115 kkal per jam), mengelap kaca (180 kkal), mengepel lantai (200 kkal per jam), dan merapikan halaman/ berkebun (285 kkal per jam). Memang, beberapa pekerjaan rumah tangga saya diambil alih oleh asisten rumah tangga, tapi masih ada pekerjaan rumah tangga lainnya yang tidak tertangani dengan baik. Kenapa tidak jika saya yang mengerjakannya? Pekerjaan yang tidak tersentuh oleh asisten rumah tangga saya, diantaranya: merapikan dan membersihkan rak buku yang berantakan dan berdebu, membersihkan kamar mandi, membersihkan ilalang di halaman depan rumah, berbelanja sendiri ke tukang sayur dengan berjalan kaki, dan lain-lain.

[caption id="attachment_343266" align="aligncenter" width="336" caption="Ilalang di depan rumah saya yang harus dibersihkan/ foto: dok. pribadi"]

1419462631923110194
1419462631923110194
[/caption]

Senam ringan di sela pekerjaan mengetik

Pekerjaan sampingan saya adalah menulis, baik itu menulis buku maupun menulis di blog. Kalau sudah mengetik di depan laptop, saya sering lupa waktu. Tak sadar sudah berjam-jam duduk tanpa menggerakkan tubuh, kecuali jari jemari. Eh, ternyata ada juga olahraga yang bisa dilakukan sambil duduk di depan laptop. Caranya bisa perhatikan gambar di bawah ini.

[caption id="attachment_343263" align="aligncenter" width="480" caption="Olahraga di sela pekerjaan mengetik/ sumber: AOK German Health Insurance"]

14194610491404360295
14194610491404360295
[/caption]

Mengingat betapa pentingnya aktivitas bergerak agar badan sehat dan bugar ini, Coca Cola Company mengkampanyekan gerakan Indonesia SeGar (Sehat dan Bugar). Bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO), Coca Cola melakukan sosialisasi Exercise is Medicine, yaitu gerakan menjadikan latihan fisik sebagai bagian integral dari pencegahan penyakit dan penatalaksanaan medis.

Ada juga Edukasi Publik yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran sekolah termasuk siswa, guru, dan orang tua melalui pelatihan, atau edukasi mengenai pentingnya memasukkan aktivitas fisik dan nutrisi seimbang dalam sistem sekolah. Program ini diluncurkan sejak September 2003, melalui Activity Day, ditargetkan melibatkan 20 sekolah di Jakarta dengan sedikitnya 20 ribu siswa hingga akhir Oktober 2014. Kegiatannya meliputi: pemeriksaan kebugaran, pemberian Active Healty Living (AHL) kit, coaching clinic siswa dengan menggunakan alat-alat, pelatihan untuk orang tua dan guru, serta pemberian buku harian aktivitas fisik anak-anak.

Dan yang tak kalah penting, Gerakan Publik berupa penyediaan fasilitas gym di luar ruang dan lapangan badminton di taman-taman kota seputaran Jakarta. Sudah ada lima active zone yang dibangun oleh Coca Cola Company, yaitu di Taman Tebet, Taman Langsat, Taman Buni, Taman Amir Hamzah, dan Taman Gandaria Tengah. Wuih, bisa olahraga gratis dong. Semoga tahun depan, kegiatan ini juga bisa dinikmati di kota-kota luar Jakarta.

[caption id="attachment_343262" align="aligncenter" width="500" caption="Anak-anak bermain di Active Park Coca Cola"]

14194608511038779393
14194608511038779393
[/caption]

Memang, anak-anak di perkotaan cenderung malas bergerak, terutama anak-anak dari kalangan menengah ke atas. Anak-anak zaman dulu bermain dengan permainan tradisional yang banyak menggerakkan tubuh seperti lompat tali, petak umpet, bentengan, engrang, ular naga, engklek, layangan, dan lain-lain. Saya ingat dulu semasa kecil suka memainkan beberapa permainan tersebut, dengan menggerakkan seluruh anggota tubuh. Sedangkan sekarang saya perhatikan tidak banyak anak-anak yang memainkannya. Mereka lebih suka bermain game di Tablet atau Play Station. Tak heran jika semakin banyak anak yang terkena penyakit obesitas (kelebihan berat badan) yang berpotensi menimbulkan beragam penyakit.

[caption id="attachment_343264" align="aligncenter" width="336" caption="Anak saya mengikuti senam di sekolahnya/ foto: dok pribadi"]

141946139857308208
141946139857308208
[/caption]

[caption id="attachment_343924" align="aligncenter" width="448" caption="Bermain layang-layang/ foto: dok. Pribadi"]

14198353621852729257
14198353621852729257
[/caption]

Jadi, tunggu apa lagi? Mari kita bersama-sama mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat dan bugar dengan gerakan Indonesia SeGar!

Referensi:

indonesia-segar.org

gosehat.com

everydayme.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun