Mereka jarang tersenyum bukan karena mereka enggan untuk tersenyum. Tapi hidup dan waktu seolah menuntut mereka untuk menghabiskan sebagian besar kehidupan untuk bekerja keras sehingga terkadang mereka lupa bahwa ada waktu untuk tersenyum. Seolah dunia begitu keras menuntut mereka hingga mereka lupa untuk tertawa. Bahkan mereka tidak punya waktu untuk tersenyum. Apa mereka lupa cara tersenyum? Atau karena mereka tak pernah menerima senyuman, makanya mereka tak tahu lagi bagaimana caranya tersenyum? Mereka hebat. Dengan kehidupan yang begitu keras, mereka tetap bisa menjalaninya. Meski tak tahu dengan apa hidup ini akan dilanjutkan esok hari dan dengan apa perut mereka akan diisi.
Anak jalanan mempunyai suatu keistimewaan yang tidak kita miliki. Apa keistimewaannya? Mereka mempunyai semangat hidup yang tinggi, cita-cita yang tinggi, dan mereka pantang menyerah dalan menghadapi kerasnya kehidupan yang mereka alami padahal mereka hanya anak yang tidak seharusnya merasakan seperti itu, hampir dari 50 persen anak jalanan mempunyai dan menyimpan mimpi dan cita-cita untuk memiliki masa depan dan pekerjaan yang lebih baik serta memiliki karakter yang positif di masa mendatang. Butuh orang yang mau berbagi serta memotivasi mereka bahwa cita-cita dan mimpi harus diperjuangkan. Butuh orang yang mau menginspirasi mereka bahwa dalam mewujudkan semuanya itu perlu motivasi, kerja keras, kerja ikhlas, kerja cerdas, kreativitas, dan inovasi, serta edukasi yang baik.
Disini tugas media adalah sebagai jembatan, jembatan penghubung antara masyarakat dan pemerintah, akan tetapi sekarang ini peran media yang seharusnya menjadi jembatan penghubung antara masyarakat dan pemerintah yang disebut dengan desentralisasi antara pemerintah dan masyarakat agar perencaaan dapat berjalan dengan baik serta beralih fungsi dan saling membutuhkan. Ada banyak faktor yang menyebabkan kenapa media itu menjadi tidak peduli kepada nasib masyarakat, salah satunya adalah seperti instansi per-filman yang ada di Indonesia rata-rata di kuasai oleh PARPOL (Parpol Politik) yang banyak memanfaatkan demi mendapatkan simpatisan serta mendongkrak popularitas partai menjelang Pemilu. Seharusnya ini menjadi peluang baik bagi si pemilik perusahaan tersebut, karena dengan ini dia bisa menunjukkan keprihatinannya kepada nasib masyarakat dibawah terlebih kepada anak jalanan, dan meminimalisir kejadian eksploitasi anak ini.
Eksploitasi anak sudah seperti budaya di setiap negara, baik itu negara maju maupun negara berkembang, semua ini disebabkan oleh satu faktor yaitu keadaan finansialyang terdesak (masalah ekonomi). Masalah ekonomi itu seperti lingkaran setan yang sangat susah terpecahkan karena masalah inilah yang membuat anak-anak penerus bangsa dan negara menjadi terlantar atau hidup dijalanan karena faktor ekonomi yang membuat mereka menjadi anak jalanan. Permasalahan ini yang membuat pemerintah pusat dan daerah tidak bisa mencari solusinya untuk mengatasi masalah ini.
Seharusnya media yang berperan sebagai jembatan ini harus lebih berperan aktif untuk lebih menegur kalangan pemerintah pusat dan daerah, karena pemerintah itu memiliki program untuk mensejahterakan masyarakat (khususnya anak jalanan). Akan tetapi jika program ini tidak di dukung oleh media yang berfungsi sebagai jembatan, maka kegiatan ini akan terhenti hanya sebagai program saja. Yang ada program ini akan tidak berjalan seiring tidak adanya koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah serta media.
Maka harus adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, bukan hanya mementingkan diri sendiri tanpa memerhatikan masyarakat bawah (anak jalanan), khususnya masalah eksploitasi. Eksploitasi adalah pengambilan hak secara paksa. Hak yang diambil secara paksa adalah hak yang seharusnya dapat dinikmati sekarang tetapi berganti menjadi hal yang kita tidak tahu. Seperti contoh ekploitasi anak, hak anak yang seharusnya belajar dan bermain berubah menjadi mesin pencari uang. Uang bukanlah progress yang utama bagi anak-anak. Sehingga masa depan anak yang sebagai penerus bangsa dan negara serta keluarga akan pupus seiring masalah ekonomi yang ada.
Akan tetapi karena kebutuhan ekonomi yang mendesak inilah yang menjadi faktor utama mengapa ada ekploitasi anak dan sebab anak-anak turun ke jalanan sebagai mesin uang, selain karena aspek ekonomi banyak aspek juga yang dapat mendesak seorang anak hidup di jalanan Seperti pada saat saya meminta pendapat serta solusi mencari pemecahan masalah untuk meweujudkan mimpi anak-anak jalanan kepada Mas Tohir salah seorang wartawan dari Banten Raya Pos di kantor media ekspres yaitu kantor Pemerintahan Kota Serang, ia menyatakan bahwa kehidupan anak jalanan semestinya tidak terjadi, karena jalanan sebetulnya bukan tempat yang baik untuk para anak, ada banyak potensi negatif misalnya seperti pelecehan seksual, kecelakaan lalu lintas, yang bisa mengancam anak-anak jalanan itu sendiri, ia juga menyatakan bahwa anak jalanan itu harus mempunyai cita-cita agar mereka tidak selamanya hidup di jalanan, menurutnya cara menyikapi dan penanggulan anak jalanan tersebut adalah harus ditarik dari berbagai sisi, pendekatannya pun barus sesuai dengan akar permasalahannya, kalau dia terjun menjadi anak jalanan karena faktor kemiskinan, maka ekonomi keluarganya yang harus di bantu dan diperbaiki supaya dia tidak lagi terjun kejalanan seperti misalnya di beri pinjaman modal, atau di buatkan warung, sehingga secara ekonomi akan membaik dan si anak ini tidak perlu lagi mencari uang di jalanan, kalau yang terjun kejalanan karna faktor mentalitas, mentalnya yang harus di bangun dengan cara memberi motivasi bahwa jalanan bukan tempat yang baik, bahwa mereka bisa menjadi lebih berguna dan bisa meraih cita-cita, dan bisa menjadi orang berhasil seperti orang lainnya, dan masih banyak cara mereka untuk menggapai cita-cita yang mereka inginkan. “Tindakan yang saya lakukan saat itu tidak berbentuk seperti bantuan ekonomi, akan tetapi tindakan yang saya lakukan seperti tidak memberikan uang pada saat mereka meminta-minta dijalanan, karena menurut saya dengan dia diberikan uang pada saat meminta itu akan membuat mereka semakin nyaman di jalanan dan menumbuhkan pola pikir dia bahwa hidup di jalanan itu enak, kerjanya enak, dan dia akan menjadi semakin malas nantinya.” Ungkapnya. Danmenurutnya pemerintah pusat dan daerah dalam menanggapi dan mengatasi masalah anak-anak jalanan itu ada, seperti halnya ada beberapa program pemerintahan tentang menaggulangi anak jalanan, hanya saja dia tidak mengetahui persis persentase dari keberhasilan program itu sendiri.
Disinilah kepedulian pemerintah dan media sangat berpengaruh, bukan hanya kepeduliannya saja tetapi upaya merealisasikan dalam penyelesaian masalah eksploitasi anak ini.
Yang dibutuhkan dalam penyelesaian permasalahan ini adalah kerjasama dari tiap instansi terkait, tanpa pandang bulu. Karena setiap instansi memiliki banyak tugas, khususnya untuk menyelesaikan masalah-masalah ini, akan tetapi justru karena tugas-tugas yang lainnya itu mereka lebih mengabaikan tugas-tugas yang lebih penting, tugas mereka yang seharusnya sebagai sarana meningkatkan kesejahteraan untuk masyarakat. Hal ini yang seharusnya lebih di tingkatkan oleh ketiga aspek ini. Kurangnya kesadaran dari instansi inilah yang menyebabkan permasalahan di dalam negara, termasuk eksploitasi anak.
Mudah-mudahan permasalahan tentang anak jalanan tidak merajalela ke anak lainnya sehingga tidak banyak PR atau tugas pemerintah pusat dan daerah menjadi bertambah seiring moderinisasi yang makin berkembang. Tugasnya pemerintah pusat dan daerah yaitu mengajak atau merangkul pihak-pihak terkait yang mempunyai peran serta dalam menuntaskan permasalahan anak jalanan. Maka dengan seperti itu permasalahan yang ada akan terselesaikan dengan baik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI