Kompleksitas dari kejahatan ini pulalah yang dianggap menguntungkan pelaku. Paul Sanders, Jr yang menulis riset "The Crime of Arson" (1950) melihat bahwa kejahatan pembakaran, mirip seperti pembunuhan, terjadi dalam beberapa derajat. Derajat kesalahan tergantun pada jenis dan stuktur pembakaran, tingkat keterlibatan serta hari dilaksanakannya pembakaran.
Dari sisi hukum, membakar dengan sengaja property dengan tujuan untuk menciptakan kerusakan, dalam bahasa Inggris disebut 'Arson'.Â
"Wilfully setting fire to property, with the intent to cause damage, is a crime -- arson" (Gemma Clarck pada media Conversation, 2014).
Kata 'Wilfully' menjadi penting karena berarti dengan sengaja.Â
Di peraturan negara Inggris, pada abad 19, membakar api pada gedung dan aset pribadi atau komersial atau publik, misalnya itu tumpukan jagung, gandum, jerami atau kayu akan dihukum mati.
Walaupun urusan membakar jami hilang dalam perundangan mereka I tahun 1837, tetapi kejahatan 'Arson' tetap merupakan kejahatan serius.
Pada peristiwa 2011 England Riots, adanya peristiwa pembakaran oleh sekelompok orang telah menjadikan peristiwa itu sebagai persoalan keamanan nasional.
Meskipun hukuman pelaku pembakaran makin berkurang, tetapi kejahatan ini tetap menjadi perhatian negara. Sejarah pembakaran London di masa perang dunia kedua menjadi momok di masa selanjutnya.
Studi tentang perilaku pembakar yang dilakukan psikiater dan kriminolog sering mengarah pada tindakan yang disebabkan oleh upaya menutupi kejahatan lain dan atau dengan alasan sakit kejiwaan.
Di Amerika, David Berkowitz, pembunuh berantai yang dikenal sebagai the "Son of Sam," merupakan teroris di New York City di tahun 1976.
Namun terdapat temuan yang banyak orang tidak tahu bahwa antara tahun 1974 dan 1977, David membakar 500 kali per tahun dan bahkan melaporkannya ke kantor pemadam kebakaran.