Apalagi bila pemerintah belum mampu mendorong adanya keterbukaan lembaga pendidikan dan perusahaan yang bisa menerima warga yang memiliki persoalan kesehatan jiwa sebagai bagian dari
Profil Kesehatan 2018 mendefinisikan orang dengan masalah kejiwaan disingkat ODMK adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko gangguan jiwa.Â
Sementara orang dengan gagguan jiwa di singkat ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku dan perasaan termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia. (Profil Kesehatan Indonesia 2018 hal 260).Â
Gangguan jiwa dapat pula disebabkan oleh berbagai faktor seperti aktor biologis, faktor genetik, ketidakseimbangan zat di otak akibat cedera otak, penyakit pada otak dan penyalahgunaan narkoba, kecelakaan di kepala, dan sebagainya.Â
Selain itu terdapat faktor psikologis seperti tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungan, kepribadian kurang matang, trauma psikologis, konflik batin.Â
Faktor lainnya adalah faktor sosial seperti masalah hubungan dalam keluarga, konflik dengan orang lain, masalah ekonomi, pekerjaan dan tekanan dari lingkungan sekitar, trauma pasca bencana dan lain lain.
Tentu saja diperlukan upaya pencegahan, pengelolaan melalui upaya promotif, preventif, kuratif serta rehabilitatif. Artinya. Diperlukan upaya kesehatan yang komprehensif. Ini tentu menunut adanya perlibatan serta tanggung jawab bersama.
 Apa yang Bisa Dilakukan?Â
Para ahli sering mengatakan bahwa studi dan layanan kesehatan jiwa sering tidak dianggap sebagai layanan yang "seksi" dibandingkan dengan studi dan layanan kesehatan untuk HIV/AIDs, sehingga warga yang memiliki persoalan kesehatan jiwa sering harus berjuang sendiri dan hanya dengan bertumpu pada dukungan keluarga.Â
Sedikit sekali yang telah dilakukan oleh negara kepada warga negara dengan persoalan kesehatan jiwa.
Yang memprihatinkan, studi global menunjukkan bahwa pengobatan sebesar US $ 1 bisa membuat warga dengan persoalan kejiwaan berkontribusi sebesar US $ 4 kepada ekonomi. Padahal sekitar 76 sampai 85% warga dengan persolaan kesehatan jiwa tidak diobat. Artinya, ini hal yang serius.
Negara berkembang seperti Indonesia rata-rata hanya mengalokasikan 0,5% dari anggaran kesehatan untuk kesehatan jiwa. Ini angka yang super kecil.