"Hari ini masyarakat akan mengenangnya sebagai hari pembunuhan KPK dan pengkhianatan kepercayaan terhadap aspirasi publik oleh DPR,” (Dekan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Sigit Riyanto, Kompas 16 September 2019)
Puisi dari Bulak Sumur
Soal puisi memang area kelemahan saya. Saya tidak mampu membuat puisi yang bernas dan bernilai puitik. Itu bukan rahasia lagi.
Namun, kemarin siang saya menerima tautan puisi dari Bulak Sumur yang dibagi sahabat yang saya percaya melalui WA saya dan saya sedih juga membaca puisiyang ternyata ditulis para Guru Besar UGM itu.
Berikut adalah puisi dengan judul Mas Joko, Kami Mengandalkanmu...!.
Puisi itupun masih terdapat salah ketik. Ini mungkin karena dibuat dengan spontan untuk dibacakan dalam cara deklarasi Dosen dan Civitas akademika UGM menolak RUU KPK diwarnai dengan pembacaan puisi oleh Guru Besar Fakultas Fisipol UGM, Prof. Wahyudi Kumorotomo.
Puisi itu sederhana. Tidak sehebat puisi mas Mim dan mas Syahrul Chelsy atau Uda Zaldy dan Ayah Tuah serta Mas S Aji dan pak guru Ropingi, tetapi membuat saya 'nggregel'. Dalam bahasa Jawa, 'nggregel' adalah haru dan trenyuh serta memelas.
Saya merasa "melas" melihat para guru besar, academia dan civitas yang 'dicuekin' DPR dan Presiden. Padahal saya tahu, Jokowi bukan orang yang 'EGP'.
Puisi itu adalah harapan luar biasa dari civitas akademi yang melibatkan guru besar ilmu sosial politik. Tentu tidak main main. Segala pemikiran matang ada dalam deklarasi itu. Ini bukan hanya sekedar deklarasi untuk santapan rohani media sosial.