Di beberapa wilayah Indonesia seperti Lampung, pergantian musim yang tidak biasa dilaporkan menyebabkan produksi durian berkurang. Ini ada di banyak media.Â
Namun, lain halnya di Malaysia. Bagi Malaysia, durian punya dilema. Di satu sisi adanya perubahan iklim membuat jumlah polinasi berkurang karena flying fox atau semacam musang terbang yang biasa membantu pembuahan bunga di pohon betina yang mendapat pollen dari pohon jantan terganggu.Â
Namun, saat ini Malaysia membuka perkebunan durian secara besar-besaran untuk merespons permintaan yang meningkat pada durian yang dianggap sebagai the King of Fruit.Â
Akibatnya terdapat lahan yang sebelumnya adalah wilayah hutan kemudian menjadi kebun durian. Ini dinilai oleh peneliti kelompok konservasi Rimba akan berkontribusi pada pemanasan global.
Tentu ini perlu jadi pertimbangan kita untuk memilih steategi.Â
Adakah Solusi adan Alternatif?
Memang, saat ini produksi buah di Indonesia belum optimal. Ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, memang tidak banyak sentra buah yang dikembangkan.Â
Ini memengaruhi produktivitas dan kualitas buah. Di sisi lain, memang pengembangan sentra buah bisa berpotensi untuk berkontribusi pada pemanasan global seperti di Malaysia, bila wilayah sebelumnya adalah hutan.
Kedua, petani jarang melakukan budidaya yang memadai untuk menyuburkan pohon buah-buahannya. Pupuk jarang diberikan.
Memang banyak kalangan, baik petani, pejabat maupun kalangan universitas yang menganggap pergeseran musim tidak ada hubungannya dengan perubahan iklim.Â
Namun, karena hal ini disertai dengan cuaca ekstrim, memang kesadaran para pihak tentang kemungkinan adanya dampak perubahan iklim pada pertumbuhan dan produksi serta kualitas buah-buahan perlu menjadi pertimbangan.