Tjilik Riwut si Orang HutanÂ
Beberapa hari ini kita sering mendengar nama Tjilik Riwut disebut. Tahukah kita siapa sebetulnya Tjilik Riwut yang namanya menjadi nama bandara di 9masin, Kalimantan Selatan, 17 Agustus 1987 pada umur 69 tahun. Pantaslah ia mendapat anugerah sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia karena jasanya yang luar biasa untuk negara dan Kalimantan. Khususnya, sebagai Gubernur Kalimantan Tengah pertama di masa Presiden Sukarno, ia merealisasikan pembangunan Palangka Raya.Â
Tjilik Riwut menyebut dirinya sendiri "orang hutan" karena lahir dan dibesarkan di belantara Kalimantan. Ditulis oleh beritagar.id bahwa ia adalah pencinta alam yang sangat menjunjung tinggi budaya leluhurnya. Ia telah tiga kali mengelilingi pulau Kalimantan hanya dengan berjalan kaki, naik perahu dan rakit.
Tjilik Riwut merupakan salah seorang yang berjasa bagi masuknya pulau Kalimantan ke pangkuan Republik Indonesia. Sebagai seorang putera Dayak, ia mewakili 185.000 rakyat yang terdiri dari 142 suku Dayak, 145 kepala kampung, 12 kepala adat, 3 panglima, 10 patih, dan 2 tumenggung dari pedalaman Kalimantan yang bersumpah setia kepada Pemerintah RI secara adat dihadapan Presiden Sukarno di Gedung Agung Yogyakarta, 17 Desember 1946.
Seorang Tjilik Riwut punya sejarah menarik dalam karirnya. Ia pernah menjadi Wedana Sampit, Bupati Kotawaringin dan koordinator masyarakat suku-suku terasing untuk seluruh pedalaman Kalimantan, sebagai residen dan sebagai anggota DPR RI, dan pernah menjadi Gubernur Propinsi Kalimantan Tengah. Juga, ia seorang penulis handal. Ua pernah bersama dengan Sanusi Pane menjadi penulis beberapa buku terkait Kalimantan. ia diangkat menjadi residen di kantor persiapan pembentukan Kalimantan Tengah yang berkedudukan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Tjilik Riwut Pewujud Mimpi Presiden Sukarno.
Tjilik Riwut adalah figur kunci di balik usaha mewujudkan mimpi Presiden Sukarno membangun Palangka Raya, kota baru yang tak punya jejak warisan kolonial.
Meski punya jejak kemiliteran nan panjang, Tjilik Riwut tak cuma piawai di balik bedil. Sebelum jadi serdadu, ia berjuang dengan pena dan menekuni jurnalistik. Kala membangun daerahnya, ia unjuk kecakapan sebagai birokrat, kepala daerah, dan politisi.
Adalah menarik mencatat sejarah perantauan Tjilik Riwut yang dikaitkan dengan mistis. Konon, Tjilik Riwut mendapat wangsit untuk merantau seelah ia bertapa di Bukit Batu--barisan bukit yang terbentuk dari tumpukan batu-batu besar dengan beberapa celah serupa gua. Ditulis oleh tagar.id bahwa bertapa adalah kebiasaan keluarga Tjilik Riwut yang dilakukan sejak muda hingga tua.