Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Seberapa Kita Kenal Kalimantan, Ibu dari 3 Calon Ibu Kota Baru?

9 Mei 2019   07:36 Diperbarui: 26 Agustus 2019   23:38 3754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanjung Batu, Berau, Kalimantan Timur (dokumentasi pribadi)

Di museum Tenggarong ditemukan catatan sejarah tentang keberadaan raja Mulawarman, raja Hindu yang meninggalkan catatan tentang Indonesia pada abad 4 sebelum masehi. 

Terdapat Kesultanan Sultan Banjarmasin yang telah ada sejak abad 15 membawa budaya campuran Jawa dan Melayu. Di Banjarmasin dikenal adanya Perang Banjarmasin yang terjadi pada 1859. Pada saat itu dicatat bahwa peperangan ini dilakukan melawan dua misionaris Protestan dari Jerman. Sampai dengan 1930, tidak ada misionaris memasuki wilayah yang sangat kental dengan budaya Melayu ini. 

Terdapat Kesultanan Pontianak dibangun oleh Syarif Abdurahman Alkadri pada 1771. Kesultanan wilayah ini bersahabat dengan Belanda. Sementara penduduk wilayah ini sebagiannya adalah dari etnis Cina. 

Kesultanan Sambas yang mayoritas masyarakatnya adalah penganut agama Islam ternyata masih memiliki kepercayaan mistik.

Kemudian, untuk suku Dayak terdapat enam rumpun yakni rumpun Klemantan atau Kalimantan, rumpun Iban, rumpun Apokayan yaitu Dayak Kayan, Kenyah dan Bahau, rumpun Murut, rumpun Ot Danum-Ngaju dan rumpun Punan. Dayak sendiri adalah sebutan kolonial pada suku ini. Terdapat catatan bahwa sempat ada upaya mengganti nama Dayak menjadi 'Daya' yang berarti berdaya atau 'empowered', namun kemudian kemudian kembali ke sebutan Dayak.  

Dahulu, budaya masyarakat Dayak adalah Budaya maritim atau bahari. Hampir semua nama sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan "perhuluan" atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama kekeluargaannya.

Pengenalan agama Kristen kepada suku Dayak sendiri dicatat dalam beberapa gelombang. Studi studi tentang Borneo menunjukkan bahwa Roman Katolik dari ordo Fransiskan adalah interaksi pertama suku Dayak. Ini terjadi di sekitar 1905. Di samping Roman Katolik, Protestan Evangelist juga diduga masuk pada tahun yang sama.

Walaupun Kristenisasi dianggap menghilangkan sistem dan nilai kepercayaan animisme dan dinamisme Dayak, diakui bahwa ini membawa pengaruh dalam proses modernisasi di Kalimantan. 

Bersama misionarislah pendidikan dibawa ke Kalimantan. Ini beralasan karena literasi masyarakat dibutuhkan dalam memperkenalkan pesan dan ayat injil. Makin jelas bahwa Kalimantan punya sejarah modernisasi berbeda dibandingkan dengan wilayah Indonesia lain

Pulaunya yang berukuran lima kali pulau Jawa ini adalah satu dari pulau terbesar di dunia. Wilayah Kalimantan bisa dikatakan mencakup dua per tiga (2/3) dari wilayah daratan Indonesia. Penduduknya hanya 15, 4 juta (survei antar sensus 2015), dibandingkan dengan penduduk Jawa yang berjumlah 145, 2 juta pada tahun yang sama. Jadi, sejak lama Kalimantan memang berpenduduk jarang.

Itulah yang menyebabkan pemerintahan Orde Baru melakukan transmigrasi penduduk miskin dari Jawa, Bali, dan Madura antara tahun 1967 sampai 1998. Cilakanya, program yang dijalankan dengan pendekatan kolonial ini diikuti dengan deforestasi besar-besaran. Kayu-kayu hutan tropis Kalimantan diekspor dan lahan digantikan oleh kebun kebun kelapa sawit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun