Pemilu Damai yang Cedera
Kita boleh bersyukur bahwa Indonesia yang dikenal memiliki pemilu paling kompleks sedunia dan diadakan selama 6 jam pada 17 April 2019 Â berjalan damai. Ini tentu mencengangkan untuk suatu pemilu yang hadir di tengah suasana perang ujaran kebencian.Â
Pemilu juga dinyatakan sukses karena menghasilkan persentase jumlah warga pemilih sekitar 80%, lebih tinggi dari target yang ditetapkan oleh RPJMN. Artinya, jumlah Golput kurang dari 20%. Saya pernah menulis di artikel ini pada 17 April 2019.Â
Di sisi lain, pemilu ini menghentakkan kedamaian itu karena membawa korban yang tidak sedikit. Memilukan, mengecewakan, dan menggoncang batin kita semua. Padahal ini sesuatu yang bisa dihindari. "Something can be avoided"!!
Jawa Pos merilis data jumlah korban meninggal sejumlah 326 orang per 26 April 2019. Korban terbesar yang terjadi adalah berada di Jawa dan diikuti dengan di Sumatra. Penyebab kematian dicatat karena kelelahan, kecelakaan, sesak napas, darah tinggi, serangan jantung, stroke, dan bunuh diri.Â
Adalah tak ada gunanya bila kita sebagai warga  menghujat dan terus menerus merendahkan kerja KPU dalam menyelenggarakan pemilu yang dari awal telah diantisipasi sebagai pemilu yang punya "beban" berat. Padahal, mestinya kita memikirkan dan mengusulkan jalan keluar untuk pemilu ke depan.Â
Keputusan akan sistem dan pengadministrasian pemilu kita bukan hanya melibatkan KPU saja, tetapi tentu juga Kementerian Dalam Negeri dan juga DPR karena ini menyangkut biaya dan juga keseluruhan sistem pemilu, pendaftaran pemilu, pelaksanaan, penghitungan, pemantauan dan pelaporannya.Â
Peristiwa kematian dalam masa pemilu memang terjadi di banyak negara. Persoalan korban meninggal karena pemilu hampir menjadi bagian dalam sejarah politik di dunia. Ini juga menjadi bagian dari pemilu yang diadakan akhir-akhir ini. Namun, peristiwa itu begitu berbeda dengan apa yang kita alami.Â
Di Abonnema, Nigeria, misalnya, diberitakan bahwa dua belas (12) orang meninggal ketika terjadi konflik antara gang tak dikenal dengan tentara Nigeria pada pemilu Februari 2019. Bagi Nigeria, jumlah korban meninggal tersebut dianggap "tidak seberapa" dibandingkan dengan pemilu yang diadakan pada empat tahun sebelumnya. Lebih dari 100 orang meninggal setelah pemilu 2014, sementara pada 2011, 800 orang dilaporkan meninggal karena konflik antara agama dalam Pemilu Presiden di negara itu.
Di negara bagian Kaduna, Sub Sahara Afrika, 66 orang meninggal pada pemilu di Februari 2019. Dari 66 orang meninggal tersebut, terdapat 22 orang anak dan 12 perempuan yang meninggal. Ini terjadi beberapa jam setelah tembak menembak di Kajuru Local Government Area (LGA) di wilayah Kaduna.