Capres dan Cawapres putaran terakhir dengan tema ekonomi, perdagangan dan industri.
Kita telah saksikan debatSaya tidak hendak mendiskusikan ulasan yang ditampilkan dalam tiap sesi dalam perdebatan di putaran terakhir ini. Namun demikian, terdapat hal penting terkait pertanyaan panelis tentang partisipasi perempuan dalam ekonomi yang saya hendak diskusikan.
Panelis membuka dengan informasi terkait status kesenjangan gender di bidang ekonomi yang mengacu pada the Global Gender Gap Report dari the World Economic Forum, yaitu pada 0,691 atau berada pada ranking 85. Juga, panelis menyampaikan masih terdapatnya diskriminasi dan kekerasan di tempat kerja. Panelis menanyakan apa yang akan dilakukan Paslon untuk menutup kesenjangan gender dalam ekonomi agar bukan hanya menjadi wacana. Joss!Â
Skor pada laporan ini mengukur hasil, bukan input. Skor memang menunjukkan adanya kesenjangan yang relatif ajeg dibandingkan pada 2006. Bila pada tahun 2006 skor adalah 0,654, pada tahun 2018 skor adalah 0.691. Â Skor terkait partisipasi dan kesempatan ekonomi pada 0,629 ini mewakili tiga (3) variabel kesenjangan, yaitu dalam hal partisipasi, pengupahan dan kemajuan.Â
Kesenjangan partisipasi mengukur kesenjangan tingkat partisipai kerja antara perempuan dan laki laki. Kesenjangan pengupahan adalah perbedaan upah/gaji yang diterima perempuan dan laki laki. Sementara kesenjangan kemajuan adalah perbedaan capaian perempuan dibanding laki laki dalam posisi legislator, posisi senior dan manajerial serta posisi profesional.Â
Terdapat informasi dan data dalam laporan yang menunjukkan bahwa terdapat berkurangnya kesenjangan ekonomi pada capaian 2018, namun ternyata ada sedikit peningkatan kesenjangan pada pendidikan dasar.Â
Saya merasa perlu berterimakasih kepada Panelis karena pertanyaan tersebut keren. Pertanyaan yang sudah saya tunggu sejak debat yang pertama. Bagaimana tanggapan kedua Paslon?
Tantangan Perempuan dalam Bidang Ekonomi Masih Perlu Kita Pahami.Â
Capres 02 membuka pernyataan tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam kehidupan berbangsa. Ia juga menyebut Megawati sebagai perempuan Indonesia yang menjabat sebagai presiden RI. Ia selanjutnya menyebut peran emak-emak yang sudah besar dalam kampanye Pemilu. Ia menambahkan bahwa Undang Undang ke depan mau tidak mau harus merefleksikan hal kebutuhan perempuan. Masih belum menyentuh soal kesenjangan di ekonomi. Untunglah, Cawapres 02 menambahkan bahwa 2/3 ekonomi keluarga ditopang perempuan. Cawapres 02Â menyampaikan bahwa selama kampanye ia mencatat bahwa perempuan menghendaki agar akses perempuan pada pendanaan dan pelatihan ditingkatkan. Ia kemudian mengajukan OK OC sebagai strategi yang bisa menjawab kebutuhan itu. Ia melihat peran perempuan akan meningkat bila ketimpangan bisa ditutup.
Sementara itu, Cawapres 01 mengemukakan bahwa Pengarusutamaan Gender akan terus dilanjutkan untuk menutup kesenjangan. Bukan hanya peran perempuan dalam ekonomi yang akan ditingkatkan tetapi juga di bidang lain. Cawapres 01 juga mengemukakan tentang telah dilakukannya beberapa kebijakan dan program yang untuk meningkatkan akses perempuan dalam pendanaan usaha, mislanya melalui program pembiayaan UMi (Ultra Mikro), peningkatan program Desa Wisata dan Desa Digital serta program Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera) yang telah mendukung 4,2 juta perempuan sebagai pemanfaat.