[caption id="attachment_363620" align="aligncenter" width="630" caption="lettersfromtaiwan.tw"][/caption]
Saat ini kemungkinan besar Anda sudah tahu, atau minimal mendengar sekilas, tentang demo damai pro-demokrasi Occupy Central di Hong Kong. Selama berhari-hari ribuan orang yang protes mampu bersikap sangat rapih dan kalem -walau sempat diresponi dengan tindakan keras dari pihak kepolisian- karena mereka sudah diorganisir dengan elegan. Salah satunya adalah via penyebaran Manual of Disobedience yang mereka buat beberapa hari sebelumnya.
Sekitar tiga bulan yang lalu saya sempat menulis, "Saya lebih percaya pada brain power daripada people power, karena people without brain is a revolution in vain!" di Bisikan Tentang Cinta dan Bangsa. Nah beberapa menit yang lalu saya merinding semerinding-merindingnya ketika membaca Manual of Disobedience itu, karena the amount of brain power in that revolution is too damn high..
Jadi silakan meluangkan waktu untuk baca lengkap dokumennya di sini:Â Manual of Disobedience.
Tapi tolong jangan berharap hal serupa terjadi di negara ini. Tolong jangan hamili hati Anda dengan impian cabul begitu, karena kecerdasan seperti itu bukanlah budaya luhur bangsa Indonesia.
Salam revolusi romansa,
Lex dePraxis
Relationship Coach
RevolusiPria.com | RevolusiWanita.com | KelasCinta.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H