LELAKI YANG MENULIS SURAT
KEKASIHKU,
Adakah yang lebih menyiksa daripada kesepian? Kau pasti heran, atau bahkan tak percaya, bagaimana di kota yang hingar-bingar ini aku bisa merasakan kesepian yang teramat kejam mengoyak-ngoyak perasaan. Atau mungkin kau berpikir, "kegilaanku yang sediakala" datang dan menyerang. Tidak Sayang, aku tak segila dulu meskipun melankoli yang menjebakku kali ini jauh lebih dahsyat daripada yang dulu. Apakah kau masih selalu mengatakan, "Lelaki tak boleh melankolis!"? Ah, seandainya kau jadi lelaki, niscaya kau mengenal dengan baik makhluk yang bernama melankoli itu: ia tak berjenis kelamin dan karena itu bisa memesrai baik perempuan maupun lelaki.
TUUUTT... tutt... tuuuutt....
Lelaki itu menghentikan tarian jemarinya pada keyboard laptopnya. Bunyi telepon itu mengganggu.
"Hallo?"
"Maaf, Pak. Pak Agus dan Pak Arief mau meng-hadap. Apakah Bapak bersedia menerima?"
"Suruh mereka masuk."
Pintu dibuka. Dua orang lelaki masuk. Lalu mereka bertiga duduk berhadapan di sofa, me-ngelilingi sebuah meja pualam kecil, di bagian lain ruangan itu.
"What's the monster, Men?"
Lelaki itu selalu menyebut masalah yang tak terselesaikan di newsroom dan tak bisa didiskusikan secara interaktif di komputer dengan kata "monster".