Pandemi mengakibatkan perubahan bagi segala keperluan manusia, terutama di bidang pendidikan. Kemajuan teknologi yang semakin canggih tidak menjadi hambatan untuk menempuh pendidikan yang lebih baik. Perguruan tinggi dituntut untuk membuat rancangan dan melakukan pembelajaran yang inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran mengenai aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara optimal dan relevan.
      Melalui program kampus merdeka merupakan wujud pembelajaran di perguruan tinggi yang fleksibel sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang, dan sesuai dengan pemerintah terapkan. Kampus merdeka diharapkan dapat memberikan pengalaman kontekstual lapangan yang dapat meningkatkan kompetensi bagi mahasiswa.
      SD Islam Al-Amin merupakan SD swasta yang terletak di Kp. Binong RT. 005 RW. 002 Kelurahan Binong, Kecamatan Curug, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten. SD Islam Al-Amin masih terakreditasi C yang hanya memiliki jumlah tenaga pendidik sebanyak 9 orang sedangkan jumlah siswa sebanyak 107 orang. Sarana prasarana dalam mengajar masih terbilang mendukung namun belum lengkap. Di perpustakaan SD Islam Al-Amin terdapat buku yang tidak layak baca untuk anak usia dibawah 17 tahun, Lab. Komputer juga sempit dan panas karena tidak ada pendingin ruangan sehingga siswa yang berada di dalam ruangan merasa tidak nyaman. Oleh karena itu, dengan program ini mahasiswa membantu dalam hal mengajar, membantu adaptasi teknologi serta membantu administrasi sekolah dan guru.
      Hasil program kampus merdeka belajar ialah program UKS menjadikan UKS lebih nyaman, bersih dan rapi serta obat-obatan yang tersedia juga tertata dengan baik. Program koperasi kejujuran disini dapat memperkenalkan koperasi dan memberikan edukasi pengelolaan manajemen keuangan dengan baik. Program pengenalan pemisahan sampah dimana siswa diajarkan itu memilih dan mengolah sampah dengan baik. Di SD Islam Al-Amin selama pandemi tidak ada pembelajaran online karena sekolah ini termasuk 3T (Terbelakang, Terpencil, dan Tertinggal). Kebanyakan siswa yang disekolah ini merupakan siswa tidak mampu, pemakaian gawai, dan tidak semua siswa punya sehingga selama pandemi mereka tidak melakukan pembelajaran daring seperti yang dilakukan oleh siswa yang bersekolah lainnya.
