Saat malam tiba,
Saat semua keadaan terasa sepi melanda
Saat semua sedang dalam ketakutan akan wabah berbahaya.
Diam diam tanpa kabar dan tanda engkau telah tinggalkan kami semua..Â
Belum habis sudah karyamu termakan usia,
Belum habis gemar rasa suka hingga belum hadirnya bosan mendengar syair, nada dan suara merdumu yang sering menggelorakan hati dan jiwa.
Belum habis rindu hati dan telinga kami menunggu sebuah syair lagu barumu yang akan tercipta.
Namun nyatanya dalam kesenyapan dan kesepian, telah habis sudah tugasmu memanjakan kami semua dengan untaian nada dari setiap lagumu yang  kau cipta.Â
Tak tahu maksud Tuhan apa..
Yang kami tahu selalu ada rencana indahNya dalam setiap tangis dan duka.
Meninggalkan penggemar adalah hal yang lumrah dan biasa.Â
Karena memang semua manusia kelak akan kembali ke Penciptanya.Â
Namun istri dan anakmu yang masih batita,
Bisakah mereka menerima kepergian mu yang sangat tergesa-gesa?Â
Sedih kami tak sebanding dengan sedihnya mereka.
Sayang kami memang tak sebanding dengan sayangnya mereka.Â
Rasa sayang dan cinta istri dan anakmu yang mungkin kini belum bisa menerima semua.Â
Rasa sayang dan cinta dari keluarga dan teman dekatmu yang belum percaya atas jalanmu yang kini telah jauh meninggalkan mereka semua.Â
Akan sangat sulit melupakan mu karena semua kebaikanmu, kesederhanaanmu, kelemah lembutan dan kepekaan rasamu yang sangat membekas dalam sanubari jiwa.Â
Mereka yang mungkin belum rela menerima kepergianmu meskipun yakin akan harapan bahwa engkau kini kan bernyanyi di sorga.Â
Kami akan selalu rindu senyuman mu yang manis mempesona.
Setiap syair lagu yang kau tulis akan tetap abadi sepanjang masa.
Abadi di bumi Pertiwi ini, Indonesia
Teruslah bernyanyi di tempat barumu disana. Biarkan kami terbiasa hidup mendengar suaramu meski tiada melihat ragamu yang tak lagi ada bersama.Â