Mohon tunggu...
Levi William Sangi
Levi William Sangi Mohon Tunggu... Petani - Bangga Menjadi Petani

Kebun adalah tempat favoritku, sebuah pondok kecil beratapkan katu bermejakan bambu tempat aku menulis semua rasa. Seakan alam terus berbisik mengungkapkan rasa di hati dan jiwa dan memaksa tangan untuk melepas cangkul tua berganti pena".

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Singa Itu Datang Lagi

14 November 2019   21:14 Diperbarui: 14 November 2019   21:14 2345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Singa Itu Datang Lagi

Oleh : Levi William Sangi

Ku yakin ada alasan Tuhan hingga engkau terlahir dan ada di negeri ini
Terlahir pada waktu yang tepat, bertumbuh dan belajar pada situasi dan momen yang tepat,
Engkau seakan diperlengkapi oleh setiap proses hidup yang membuat kamu berdiri kokoh sampai sekarang ini.

Setiap pukulan dan tendangan yang kamu terima ketika itu, seakan mengajarkan hatimu akan ketabahan dan jiwamu menjadi lebih kebal. Kebal akan segala senjata kemunafikan yang ingin menjatuhkan bahkan ingin melenyapkan.

Tapi aku percaya sang Empunya Bumi tak ingin engkau mati dan hilang begitu saja, karena ada agenda yang harus engkau kerjakan kedepannya untuk bangsa dan negeri ini.

Agenda itu adalah agenda untuk membangun bangsa, agenda untuk kembali berdiri kokoh melawan penjajah kebebasan, kesetaraan, kemanusiaan dan keadilan.

Dari sosokmu aku tahu bahwa bangsa ini bukan lagi melihat sebuah perbedaan sebagai sesuatu yang harus dipertahankan, namun sekarang, perbedaan adalah sesuatu yang harus diperjuangkan dan disyukuri oleh bangsa ini.

Ketika aku mendengar engkau kembali diminta untuk kembali mengabdi. Aku tak lagi kaget sama sekali, karna aku tahu, bangsa ini memang butuh pribadi yang pemberani, yang tidak takut mati, yang ikut menyelamatkan negeri dari para mahkluk penghisap anggaran negeri negeri yang selama ini nyaman menari-nari.

Memang banyak yang akan menghalangi, memang banyak yang belum juga membasuh benci. Rasa benci mereka kepadamu akibat amukan dan teriakan mu yang garang yang bagi mereka sangat jauh dari kata santun.

Aku tahu, aku paham, kami tahu, kami paham, kesantunan tak lagi diperlukan ketika kita berhadapan dengan maling yang membawa senjata yang tak tanggung untuk menyakiti dan melukai engkau anak ibu Pertiwi yang tak gentar sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun