Di sini saya akan merangkum beberapa artikel berita tentang kenaikan furniture Indonesia dan bagaimana solusi untuk kedepannya dalam menghadappi beberapa fenomena atau issue atau kendala yang dihadapi ?
Dimuat di beberapa portal berita online, pada tahun 2020, ekspor furniture Indonesia mengalami peningkatan dimana saat ini Indonesia berada di peringkat ke-8 negara pengekspor furniture terbesar ke AS. Total ekspor furniture Indonesia ke AS di tahun 2019 mencapai US$ 1,04 miliar (meningkat 29,16 persen dibandingkan tahun 2018 sebesar US$ 808,77 juta). Pada data BPS yang diolah oleh Kementerian Perdagangan, total perdagangan Indonesia khususnya ke AS periode Januari-Mei 2020 tercatat sebesar US$10,75 miliar, dengan surplus bagi Indonesia sebesar US$3,70 miliar. Bayu Nugroho sebagai Kepala Indonesia Trade Promotion Center Los Angeles (ITPC LA) dalam keterangan resminya mengatakan "Di tengah pandemic Covid-19, ekspor produk furniture periode Januari-Mei 2020 justru meningkat secara signifikan sebesar 51,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan ini tentunya memberikan angina segar terhadap kinerja ekspor nasional".
Dewan Penasehat Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Taufik Gani menyebutkan bahwa sebanyak 70%-80% ekspor produk mebel Indonesia diserap oleh pasar Amerika. Pengusahan mebel Indonesia punya kesempatan besar untuk meningkatkan kapasitas ekspornya ke pasar Amerika tetapi Indonesia mempunyai pesaing kuat yaitu Vietnam. Indonesia kalah dengan Vietnam dalam hal harga walapun soal kualitas Indonesia tidak kalah dengan Vietnam. Penawaran harga yang lebih terjangkau karena Vietnam memiliki teknologi yang lebih canggih sehingga produktivitasnya lebih tinggi daripada Indonesia.
Disisi lain Indonesia mengalami kesulitan dalam hal bahan baku. Untuk bahan baku kayu jati dan mahoni dinilai aman tetapi para pengrajin mengeluh kesulitan dalam mencari bahan baku rotan. Salah satu pengrajin rotan, Mujiman mengatakan kondisi pengrajin rotan di Trangsan dihadapkan pada sejumlah permasalahan dari pemasaran produk, tenaga kerja, desain produk, pemodalan hingga pasokan bahan baku.
Kita bisa belajar dari Vietnam saingan terberat Indonesia dalam hal ekspor Furnitur. Melihat dari beberapa Kendala dan masalah yang telah disampaikan. Perlu keterlibatan Pemerintah untuk mengatasi itu semua. Pertama, untuk pemasaran produk, saat ini adalah jaman digitalisasi dimana semua orang mendapat informasi melalui internet. Perlunya pembelajaran kepada khususnya kaum muda atau mahasiswa melalui program KKN untuk membantu para pengrajin furniture dalam memasarkan produk melalui internet dengan membuat beberapa sosial media terutama website. Para pelaku eksporter Indonesia pun telah melakukan beberapa pemasaran salah satunya mengikuti pameran di luar negeri seperti pameran SPOGA di Jerman. Kedua, tentang tenaga kerja, beberapa waktu lalu saya sempat berbincang dengan pengrajin rotan dimana semakin sulitnya untuk mengajarkan membuat furniture dari rotan kepada generasi muda sekarang. Pembuatan furniture dari rotan dinilai cukup sulit dan perlu keahlian khusus, sehingga dalam mengajari untuk generasi muda sekarang atau tenaga kerja baru yang belum ahli membutuhkan waktu yang cukup lama. Perlunya pengembangan teknologi dan mesin sangat di butuhkan dalam hal ini karena minimnya tenaga kerja dan mengingat permintaan furniture rotan yang terus meningkat. Ketiga, desain produk, dalam hal ini perlu kreativitas dan update informasi akan mode style pasar ekspor, perlunya pemberian informasi dari pemerintah mengenai selera buyer sangat penting untuk pengrajin rotan. Sangat beruntung jika pengrajin mempunyai kemampuan dalam penggunaan media digital dalam mencari inspirasi dalam kreativitasnya, kita melihat untuk para pengrajin yang belum melek digital, saling sharing dan membuat perkumpulan para pengrajin sangat bermanfaat dalam hal kreatifitas. Keempat adalah kendala modal, disini pemerintah harus bisa mengajak beberapa bank untuk berkerjasama dalam meningkatkan ekspor Indonesia. Pemberian bunga yang rendah dan mempermudah proses pencairan sangat membantu para pelaku ekspor dalam melakukan bisnisnya seperti modal untuk pembelian mesin , biaya produksi dan bahan baku. Kelima, mengenai bahan baku yang menjadi masalah krusial disini dimana sulitnya mendapatkan bahan baku rotan di beberapa daerah bukan penghasil bahan baku rotan. Perlunya peran dari pemerintah mengenai supply rotan sangat diperlukan karena akan menjamin pasokan bagi pengrajin.
Peran pemerintah ini sangat akan membantu para pengrajin rotan dalam proses produksi. Ingat kita kalah dengan Vietnam karena Vietnam produktivitasnya lebih tinggi daripada Indonesia. Kita kalah dalam hal kesulitan bahan baku dan teknologi dalam memproduksi furniture. Kerjasama dari berbagai kalangan sangat diperlukan disini untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia. Pemerintah harus lebih giat lagi dalam memberikan penyuluhan dan edukasi ekspor. Mengadakan seminar mengenai perlunya ekspor di berbagai kalangan khusunya di universitas dan disampaikan kepada mahasiswa. Salah satunya memotivasi generasi muda tentang bisnis ekspor dengan membuat short video edukasi dan di share di platform yang sedang booming di kalangan milenial seperti Tik Tok, dikarenakan masih banyak beberapa produk yang bisa di ekspor tetapi karena minimnya informasi produk tersebut belum di ekspor keluar negeri dan hal itu sangat disayangkan sekali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H