petani yang bernama Adi Firmansyah.Â
Malang, Rabu (4/10) Mahasiswa baru dari Universitas Negeri Malang, Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang beranggotakan Afan Alfarisi, Calysta Avetama J, Levina Nathaniela, Maria Oktaviani S. yang dibina oleh Prof. Dr. Imam Mukhlis, S.E., M.Si dan Agung Nugroho, S. Pd, M. Pd melakukan observasi di desa Karangwidoro, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang untuk menemukan titik permasalahan ekonomi yang dialami oleh salah satuBerdasarkan  hasil observasi tersebut, diketahui bahwa Bapak Adi Firmansyah memiliki kebun jeruk seluas 4000 meter persegi (M2), dan memiliki ribuan pohon jeruk.  Selama proses observasi dan wawancara yang dilakukan, ditemukan bahwa permasalahan yang dialami oleh Bapak Adi ternyata terletak pada proses produksi. "Selama memproduksi jeruk, kendala yang sering saya dapatkan yaitu seperti kualitas jeruk yang kurang bagus karena faktor cuaca,  terlambatnya penyemprotan pestisida, mahalnya harga pupuk saat ini, dan juga hama yang menyerang." Terang Bapak Adi Firmansyah. Solusi yang dilakukan oleh Bapak Adi untuk menanggulangi permasalahan yang telah disebutkan adalah dengan membeli air pada cuaca ekstrim yang diperlukan untuk penyiraman tanaman, lebih disiplin dan teratur dalam penyemprotan pestisida supaya kebun aman dari hama, berinovasi dengan meracik pupuk kompos sendiri dari bahan-bahan alami dan membeli pupuk kimia di pasaran.
Keuntungan yang dihasilkan dari hasil panen Kebun Jeruk di Karangwidoro seluas 4000 meter yang dimiliki oleh Bapak Adi cukup menjanjikan. Proses memanen jeruk biasanya terjadi dua kali dalam kurun waktu satu  tahun. Panen pertama pada tahun sebelumnya terjadi pada bulan Januari sampai bulan Oktober. Proses panen kedua akan dimulai pada bulan September mendatang. Proses panen biasanya diserahkan kepada pengepul yang sudah bekerja sama dengan Bapak Adi selaku pemilik kebun. Pengepul memilih dan memanen sendiri di perkebunan dengan beberapa anggota menggunakan metode manual yaitu menggunting buah-buahan yang mereka pilih untuk dijual ke pasar. Dari modal awal yang dikeluarkan kurang lebih Rp.15.000.000,00, keuntungan yang didapat dalam sekali panen maksimal 90% yaitu sekitar Rp 70.000.000,00 dan bisa lebih tergantung dengan kenaikan harga pasar yang terjadi setiap tahunnya dengan berat kurang lebih 1 kuintal per pohon, dengan total kurang lebih 40 ton untuk hasil panen yang maksimal.Â
Bapak Adi menyatakan bahwa tidak ada masalah dalam proses pendistribusian jeruk. Segala proses distribusi diserahkan kepada para pengepul yang telah bekerja sama dengan Bapak Adi. Beliau hanya menyediakan lahan yang sudah ditanami buah jeruk kepada pengepul dan para pengepul sendiri yang akan memetik buah jeruk tersebut lalu dijualkan ke pasar. Bapak Adi juga belum ingin mengembangkan usahanya seperti mengolah jeruk menjadi olahan minuman tertentu. Beliau hanya ingin fokus mengurus dan mengelola kebun jeruknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H