“Apa itu tadi Namanya?”
“umm… ehh..”
“jadi gini, kalau misalkan emm.. seharusnya emm..”
Apakah kalian familiar dengan kata-kata tersebut? Ya, kita semua pernah menggunakan kata atau frasa pengisi sesekali , dimana terkadang kita melakukannya dengan cara tak sadar dan terdengar seperti pembicaraan yang alami. Biasanya frasa pengisi di gunakan Ketika kita sedang berbicara namun sesaat lupa dengan kelanjutan dari pembicaraannya dan memerlukan waktu untuk berpikir maka yang di ucapkan adalah frasa pengisi . Jika demikian, maka secara linguistik, frasa tersebut adalah frasa pengisi.
Frasa pengisi adalah kelompok frasa yang sendirinya tidak memiliki bobot atau makna yang memberi pengaruh pada keseluruhan kalimat, namun muncul untuk melanjutkan aliran pembicaraan ketika kalimat pembicaran sempat terpotong. Misalnya:
“Jadi, kalau seseorang sedang berbicara kemudian dia secara tiba-tiba lupa kalimat apa yang ingin dia ucapkan, padahal kalimat tersebut sudah ada di ujung lidahnya, maka kejadian tersebut adalah…. Apa Namanya… “
Intinya frasa pengisi dipakai supaya momen saat pembicara sedang memikirkan Kembali kalimat atau kata yang terlupakan tidak terisi oleh keheningan semata. Frasa “apa Namanya” tidak serius dalam menanyakan lawan bicara soal nama dari apa yang dimaksud dari hal yang terlupakan oleh sang pembicara. Toh pembicaranya saja lupa, bagaimana si lawan bicara bisa menebak nama dari hal yang tidak pernah terucap sebeumnya?
Selain “apa Namanya”, frasa-frasa pengisi lain yang umum diucapkan adalah “itu loh”, “itu tuh”, “kalau tidak salah”, dan “seingat saya”. Coba saja ganti frasa pengisi di dalam contoh di atas dengan frasa-frasa yang baru ditulis di sini. Tidak akan ada perubahan makna sama sekali.
Nah, Frasa pengisi ini tidak hanya berlaku dalam Bahasa Indonesia, namun semua Bahasa yang diketahui juga memilkki hal tersebut. Misalnya dalam Bahasa Jawa terdapat frasa-frasa pengisi sepeerti ”anu”, “iku”,
Jadi, frasa-frasa pengisi diucapkan hanya untuk menjaga pembicaraan tetap mengalir. Tentu siapapun boleh tidak mengucap frasa-frasa tersebut, namun ada kemungkinan pembicaraan yang dibawa menjadi canggung. Maksudnya, Ketika digunakan secara berlebihan, membuat orang jadi mempertanyakan kredibilitas yang dibicarakan. Misalnya, saat berbicara di depan orang banyak, keheningan bisa saja menakutkan, naluri di dalam diri untuk mengisi ruang kekosongan itu dengan apa pun, bahkan suara yang tidak berarti, bisa menganggu presentasi. Frasa pengisi bisa saja menjadi boomerang apabila digunakan secara berlebihan, orang akan mempertanyakan kredibilitas dari pembicaraa tersebut, bahkan tak jarang mereka menjadi ragu saat anda mulai banyak menggunakan Frasa pengisi untuk mengulur waktu dalam berpikir. Penggunaannya yang berlebihan dapat memberikan kesan tidak profesional dan kurang terstruktur.