Tak banyak saya aktif di kompasiana belakangan ini, kesibukkan baru dengan kembali ke bangku sekolah , menarik untuk di jalani. Terakhir duduk di bangku sekolah 30 tahun yang lalu, bukan waktu yang pendek. Tentunya banyak hal yang berubah di tambah lain negara bahasa pengantarnya menjadi tambahan tersendiri. Rata-rata seumur saya jika di Indonesia, sudah mendekati pensiun dan tugas tambahan menimang cucu tentunya menyenangkan. Mungkin ini merupakan satu bagian dari jalan dalam keluarga, dimana ibu mertua usia 95 tahun, memiliki cucu usia 15 tahun. Walaupun untuk umurnya kebanyakkan paling tidak sudah memiliki cicit.
Summer sudah menjadi keharusan anak-anak berada di camp, kali ini mereka lumayan jauh terpisah. Karena berada di Israel, di tambah kegiatan musim panas berkurang dan tak mengambil kelas untuk mata kuliah yang saya ambil yaitu international trade. Karena itu saya memiliki waktu lumayan luang, setelah sebelumnya menikmati musim panas. Perayaan keagamaan Yahudi pun tak banyak jika musim panas.
Menjadi pelajar kembali dengan kawan kelas yang rata-rata merupakan usia anak sendiri ataupun paling sedikitnya terpaut 15 tahun menjadikan kehidupan terasa kembali muda. Banyak sebenarnya yang tak menyangka kalau usia saya sama dengan usia ibu mereka. Ada banyak kendala terutama dalam bahasa, di tambah otak tak lagi sama dengan ketika usia 20 an. Di negara ini sebenarnya cukup banyak usia seperti saya kembali ke bangku sekolah. Untuk mengisi waktu luang dan agar supaya kerja otakpun tetap baik. Kalau saya pribadi punya motto lebih baik menjadi orang bodoh di kumpulan orang pintar dari menjadi orang pintar diantara kumpulan orang bodoh. Sedikit banyak akan menjadikan gairah hidup sendiri, dan selalu berkaca kalau masih banyak yang lebih pintar.
College di negara ini ternyata para pengajarnya cukup banyak yang memiliki posisi cukup baik . Mereka tak hanya sekedar pengajar biasa. Dan pemberian tugas untuk mendapatkan nilaipun tidaklah mudah. Sebagai contoh seorang pengajar jurusan marketing memiliki pengalaman sebagai seorang impotir kopi sampai saat ini, penulis buku marketing yang dengan edisi cetak tahun 6, pernah menjadi wakil presiden Canada counsil untuk Afrika, dan banyak lagi jabatan yang di pegang. Dalam seminggu yang bersangkutan memberikan kelas 6 jam. Dan sampai saat ini di musim panas masih bekerja untuk program pemerintah Canada maupun USA , dalam bidang perdagangan pada negara-negara belahan Afrika. Tentu saja hasilnya setiap bahan penilaian dalam tugas marketing tidaklah mudah. Tak hanya sekedar berdasarkan teori dari buku semata. Begitu juga banyaknya penggalaman yang di bagi menjadi pembelajaran tersendiri.
Samahalnya dengan pengajar international law, transportasi sistim, statistik, dan beberapa program study lainnya, benar-benar menjadikan seorang pelajar tingkat college seperti saya tidak bisa santai. Saya bandingkan dengan universitas yang pernah saya jalani di Indonesia. Mudah-mudahan sekarang sudah lebih baik , karena saya terakhir belajar 30 tahun yang lalu. Perbandingan saya tidak dengan universitas papan atas dan college papan atas di Montreal. Ini adalah tingkatan college yang biasa , bukan pada racking 20 besar .
Kwalitas pendidikkan Indonesia di tingkatkan jika ingin sejajar dengan negara maju, Penggalaman saya di wiraswasta selama 14 tahun sebagai exporter di Indonesia, dimana waktu itu memiliki tenaga kerja lulusan penguruan tinggi baik negeri maupun swasta serta lulusan akademik yang beberapa punya nama di kawasan Jawa Tengah , sedikit banyak bisa nilai hasil akhir dari program pendidikkan negara maju dan negara Indonesia.
Saat ini mentri pendidikkan baru. Untuk menghasilkan lulusan berkwalitas tentunya di perlukan kwalitas pengajar maupun materi pelajaran yang baik pula. Semoga kedepannya lulusan dari Indonesia bisa lebih bersaing di level lebih baik. Tak hanya sekedar mengambil pekerjaan blue collar namun lebih baik lagi.
Apa yang saya tahu memang jika kita belajar di luarnegeri contohnya mengambil gelar Phd, penggalaman suami yang lulusan salah satu universitas ternama Moskow dan keponakan, kebetulan suami mengambil jurusan tehnik kimia sedangkan keponakkan mengambil jurusan Fisika , mereka harus bisa menemukan hak patent sebanyak 10, hasilnya suami hanya bisa menyandang master degree, karena baru memiliki hak patent 6. Lain halnya dengan keponakkan yang bisa menyelesaikan sampai akhir. Lain universitas lain ketentuan begitu juga dengan college.
Samahalnya jurusan yang saya ambil saat ini. Ternyata kemampuan 2 bahasa business saya terhitung kurang. Tahun ini saya perlu mengambil kelas khusus untuk bisa lulus dalam 2 bahasa business yaitu France dan English. Sebelumnya saya belajar bahasa tambahan lainnya yaitu bahasa Spanyol. Hubungan perdagangan dengan negara berbahasa Spanyol serta bahasa ini termasuk bahasa keduanya USA, menjadi tambahan tersendiri. Saya berharap banyak bisa menyelesaikan program ini tepat waktu, dan melanjutkan dengan rencana berikutnya. Jika memungkinkan kembali ke Indonesia, siapa tahu ilmu yang saya punya bisa bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H