Ini cerita sebenarnya terjadi 3 tahun yang lalu. Perjumpaan dengan seorang wanita Philippines yang bersuamikan immigran Rusia. Bisa di tebak kalau wanita ini masuk ke Canada dan mendapat permanent resident melalui jalur sponsor keluarga. Pria Rusia yang dia jumpai merupakan seorang pembisnis. Sewaktu saya berjumpa dengan wanita ini pernikahan mereka sudah berlangsung 15 tahun, dan yang bersangkutan menetap di Canada selama 11 tahun. Bukan waktu yang sebentar. Mereka memiliki 2 anak yang berkewargaan Canada.
Kadang-kadang kehidupan tak sesuai seperti yang di rencanakan. Tak ada satupun yang dapat menebak bisnis suaminya termasuk lumayan, ternyata gulung tikar. Suaminya yang sepanjang hidupnya berbisnis mulai mencari pekerjaan, namun pekerjaan yang dimimpikan tidaklah mudah untuk di dapat. Keributan demi keributan tentunya mulai mewarnai rumah tangga yang di bina sepanjang 15 tahun. Si istri juga mulai mencari pekerjaan. Pekerjaan di negara immigran untuk si istri tidaklah sebagus yang di harapkan. Namun tetap kehidupan haruslah jalan.
Persiapan untuk menganti permanent resident ke citizen tentunya di perlu. Siapa yang akan jadi sponsor jika tidak lagi berumah tangga dengan suami yang bermasalah dari Rusia. Sekalipun bekerja belum tentu bos di tempat kerja ataupun perusahaan akan mau menjadi sponsor. Minta bantuan orang lain belum tentu ada yang mau. Menjadi sponsor artinya yang bersangkutan akan memberikan jatah sponsor untuk keluarga. Permanent residen tidaklah menjamin untuk terus di berikan oleh pemerintah, sekalipun punya anak di negara ini.
Kedekatan aku dengan wanita Philippines ini karena merasa sama dari Asia dan kebetulan memiliki suami yang memiliki akar sama. Kembali lagi ke wanita ini. Sampai akhirnya rumah tangga mereka tak bisa di pertahankan lagi. Waktu itu usia pernikahan mereka jalan 16 tahun. Bukan waktu yang pendek sebenarnya. Hanya wanita ini merasa tertekan hebat. Sedangkan suami yang merasa kalau dia tak mampu lagi , dan sudah seharusnya gantian sudah tugas istrilah mencari pendapatan untuk rumah tangga mereka. Tidak hanya itu suami merasa kalau semua karena salah istrinya. Bahasa dan adat istiadat mulai menjadi tambahan alasan permasalahan.
Suami dari wanita ini akhirnya bertemu dengan wanita lain dari negara yang sama dari mana suami itu berasal. Kesamaan bahasa maupun adat istiadat menjadi mereka makin dekat. Pernikahan yang ingin di pertahankan akhirnya harus berakhir di pengadilan. Untuk mengeluarkan anak dari negara inipun bukan hal mudah karena jika anak di bawah umur sebelum 18 tahun memerlukan izin orang tua jika berpergian, dan jika itu hanya dengan salah satu orangtuanya harus meminta izin dari orang tua satunya. Anak-anak mereka baru berusia 12 tahun ketika perpisahan terjadi.
Perpisahan harus dilakukan selama 1 tahun sebelum perceraian di kabulkan. Akhirnya pengadilan memutuskan kalau anak-anak ikut ibu mereka. Setelah mendengarkan keinginan si anak, yang memilih ikut ibunya. Tentunya ada pemberian waktu untuk si ayah bisa berkunjung juga. Tepat 17 tahun pernikahan mereka perceraian itu terjadi.
Kemenangan si ibu atas pengasuhan sianak yang utama tentunya berdasarkan hukum .karena ibu memiliki ke warganegar ini, selain keinginan si anak sendiri. Seandainya si ibu hanya permanent resident yang belum tahu siapa akan jadi sponsor selanjutnya untuk tinggal, belum tentu pengadilan akan berpihak kepada si ibu. Sekarang 3 tahun sudah wanita Philippines ini hidup sendiri membesarkan kedua anaknya.
Kehidupan tak ada yang tahu, hari ini masih bermanis-manis menikmati rumah tangga, entah 5 atau 10 tahun di depan.Banyak pernikahan puluhan tahun di negara ini yang berakhir karena perceraian. Hari ini masih bisa bekerja di tempat yang baik entah hari di depan.Seorang nabi Musa hanya bisa mendengar suara dan melihat belakang G-d dan tak pernah tahu wujudnya. Manusia tak bisa tahu masa depan yang bisa tahu hanya masa belakang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H