Untuk beberapa dekade Kepintaram seseorang didefinisikan berdasarkan IQ (intelligence quotient). Namun banyak orang telah mengetahui bahwa IQ sangat kurang dalam hal tertentu. Sering kali orang dengan IQ yang sangat tinggi memiliki keterampilan sosial yang buruk. Jadi seberapa pintar seseorang tak aada artinya jika mereka memiliki masalah berinteraksi dengan orang lain. Banyak sekali orang dengan rata-rata atau bahkan rendah IQ memiliki pemahaman yang lebih baik untuk keterampilan sosial.
Tidak di pungkiri kecerdasan algorithmic" IQ" kebanyakkan orang masih menganggap paling tinggi dan penting. Namun para ahli menemukan ada dua hal lainnya yang mengikuti untuk menjadi seseorang yang cerdas dan sukses. Kedua hal penting lainnya adalah Emotional Intelligence (EQ) dan Rationality Quotient’ (RQ)
Hal ini dalam arti tertentu adalah perbedaan klasik antara buku cerdas dan jalan cerdas . IQ adalah buku cerdas sedabgkan RQ dan EQ yang sehari-hari dikenal sebagai jalan cerdas. Kebanyakan orang memiliki gagasan yang kabur tentang apa "jalan cerdas" . Secara RQ menyangkut hal hal sebagai berikut
Menyadari bias kognitif pada diri dan orang lain
mengadopsi tujuan yang tepat
Tujuan prioritas
mengambil tindakan yang diberikan yang tujuan dan keyakinan yang tepat
memegang keyakinan yang sepadan dengan bukti yang tersedia; kalibrasi yang tepat dari bukti
reflektifitas
Dr.Stanovich menciptakan istilah "Dysrationalia" untuk menentukan bagaimana seseorang berpikir dan berperilaku tidak rasional walaupun memiliki kecerdasan yang memadai.
Rasionalitas baru-baru ini telah menjadi area yang menarik sejak Daniel Kahneman dan Amos Tversky, dua psikolog memenangkan hadiah Nobel di bidang Ekonomi. Ekonomi perilaku adalah disiplin baru yang telah mengambil tugas mencoba memahami rasionalitas secara khusus bagaimana berkaitan dengan pengambilan keputusan investasi.