Setiap manusia pasti dia menginginkan yang terbaik untuk dirinya begitu juga yang diingini saya, cuma tidak selalu apa yang kita rancang atau rencanakan sesuai dengan kehendak Allah (karena Allah Maha Mengetahui ) dan ketika mengalami kondisi yang demikian sikap yang diambil memang butuh kejernihan hati dan pikiran positif .Usia muda memang usia yang labil dimana setiap remaja cendrung larut dalam luapan emosi yang tidak bertepi sehingga keputusan yang diambil selalu kurang perhitungan. Perjalanan waktu jua yang membuat anak manusia kadang-kadang sampai pada tujuan yang dia sendiri tidak mengerti (tuhan punya kuasa). Seperti yang saya diskripsikan terdahulu, karena kuliah di Fisip akhirnya saya lupa dengan pencarian (sudah boleh dikatakan pada semester-semester akhir jarang membaca buku agama ). Di tiga semester akhir pada masa kuliah saya lebih fokus karena semester-semester sebelumnya nilai kuliah pada berantakan dan kawan-kawan satu angkatan satu persatu mulai selesai dan ini tentu menimbulkan dampak phisikologis bagi yang belum selesai (malu).Hasil kerja tiga semester lumayan berhasil memperbaiki nilai-nilai yang jatuh serta mengangkat sedikit nilai rata-rata saya. Setelah semua teori mata kuliah saya selesaikan selanjutnya saya menyusun skripsi tetapi tetap saja karena memang skenarionya saya (tangan Allah ) berperan harus mencariNya sehingga saya ditemukan kembali dengan komunitas orang pencari tuhan (kakak tingkat yang selalau bermain kerumah). Ternyata mereka adalah orang-orang yang sama seperti saya suka sama ketuhanan maka terjadi dialog dan cerita mengenai Kyai di Jawa yang telah mencapai kesempurnaan atau maqam yang tinggi dalam perjalanan spritualnya saya mendengarkan ceritanya dengan serius, juga kawan-kawan saya itu ada membawa foto copy buku mengenai Ilmu Ushuluddin (ketuhanan) tetapi karena kajian lumayan tinggi saya belum bisa memahami ketika membacanya. Perputaran waktu berlangsung begitu cepat, tanpa terasa kuliah S1 telah saya selesaikan dengan nilai cukup makan. Pada saat selesai kuliah saya bertemu dengan kawan satu angkatan yang telah duluan sarjananya dan ternyata dia sedang melanjutkan S2 di Malaysia. Cerita punya cerita dengan teman tersebut sayapun tertarik kepingin melanjutkan S2 dan semua persyaratannya saya persiapkan. Niat hati nanti setelah selesai S2 mau bekerja di Departemen Luar negeri atau paling tidak menjadi dosen namun manusia memang berencana tetapi tuhan (Allah) yang menentukan,semua yang saya rencanakan gagal dengan perasaan kecewa yang dalam akhirnya saya pulang kekota dimana saya dibesarkan. Kondisi yang gagal membuat jiwa saya labil dan cendrung menyalahkan tuhan (Allah) sehingga membuat saya tak mau bekerja. Kehidupan dikota memerlukan biaya walaupun saya tinggal dirumah orang tua tetapi tidak ada niat memberatkan orang tua, sudalah selama sekolah dibiayai oleh orang tua dan kakak membuat diri ini berpikir untuk mencari uang minimal untuk kebutuhan sendiri, selang waktu beberapa lama saya berpikir dan memutuskan untuk bekerja setelah bertemu dengan kawan abang yang berdomisili sementara di Malaysia sekalian melihat peluang yang lain, hanya bertahan dua bulan saya bekerja di Malaysia karena tidak mempunyai permit atau izin bekerja dan berhasil mengumpulkan sekikitar satu juta lima ratus ribu rupiah (kejadiannya tahun 1998 ). Pada periode berikutnya saya aktif di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di daerah saya dan kerjanya hanya membuat keributan disana-sini merasa paling benar (maklum idealisme mahasiswa yang masih terbawa), semua tokoh-tokoh yang ada diaerah saya di kumpulkan untuk membuat gerakan moral dan ini terjadi pada saat Indonesia tengah dilanda aksi demontrasi dimana-mana. Tuhan Maha Kuasa seperti yang saya ungkapkan diatas kejadian pada malam itu merupakan titik balik hidup saya dimana saya mengalami ketika mau tidur ada bisikan datang yang memberitahukan "apa yang saya cari selama ini akan terbuka hijab atau jalanNya (suaraNya sangat jelas sekali kuping saya)"maka besoknya saya termenung dan bertanya dengan diri bisikan apa gerangan malam tadi itu, namun semenjak kejadian itu langkah saya seperti ada yang membimbing untuk mengarahkan kemana yang dituju. Arah yang ditunjukan pertama kali adalah (bisikan dalam hati) membeli buku dan rupanya buku itu merupakan buku tasawuf pertama yang saya baca judulnya Al Qur'an dan Sufisme Mangku Negara IV dan untuk menafsirkan isi buku tersebut saya merasa tidak mengalami kesulitan seperti dialami dahulu (ketika masa kuliah membaca buku agama yang berkaitan dengan ketuhanan),ilham seakan mengalir dipikiran dan keilmuwan ketuhanan seakan terbuka secara perlahan. Mengutip bahasa atau kata pak Faturrahman akhirnya saya ditemukan dengan guru Sejati dan memperoleh pencerahan. Kondisi yang masih sangat muda saat itu (menurut renungan saya sekarang) membuat Guru saya belum mau menurunkan keilmuwannya yang tertinggi dan berdasarkan penglihatan mata bathinnya saya harus melalui jalan yang panjang............
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H