Cahaya Sufi Di zaman modern tasawuf dianggap sebahagian pemeluk Islam sebagai penyebab kemunduran Islam (terutama bagi kalangan faqih atau ahli fikih). Para salik dan para sufi dicap sudah menyimpang dari risalah yang dibawa oleh nabi Muhamad,mereka beranggapan bahwa di dalam Islam hanya syareat tidak ada mengenal dunia mistis atau alam ruh dan urusan ruh itu bagi orang syareat adalah urusan Allah bukan urusan manusia padahal seorang muslim harus meyakini rukun iman dan esesnsinya dimana didalamnya tercakup hal-hal yang gaib serta mistis tetapi orang syareat menafikannya (hanya menyebut saja dilidah tanpa peduli esensinya), jika mereka mau merenung manusia sendiri saja terdiri dari jasmani dan rohani yang saling berkaitan. Sebenarnya antara syareat dan makrifat tidaklah bertolak belakang mereka saling mengisi ibarat botol dan isinya kalau botol tanpa isi tentulah tidak sempurna. Untuk memahami makrifat sesorang harus memahami syareat terlebih dahulu, dan fase-fase yang dilalui sebagai berikut : 1. Syareat Syareat mempunyai pengertian jalan yang berpedoman kepada ketentuan-ketentuan syarak yang sudah baku seperit tharah (bersuci), zakat, haji, sholat dan lain-lain. 2. Tarekat Tarekat artinya jalan yang dalam pengertian harfiah sama dengan syareat tetapi yang membedakan jalan yang dipilih sudah khusus, dimana seorang salik tetap melaksanakan ibadah wajib ditambah dengan ibadah sunah sehingga fokus penempuhnya hanya beramal sebanyak-banyaknya untuk dipersembahkan kepada Allah.Pada tahap ini juga seorang salik atau sufi banyak melakukan istigfar mohon ampun kepada Allah atas segala dosa-dosa (ini setaip hari diucapkan sebanyak-banyaknya) kemudian dilanjutkan dengan melakukan melakukan riyadah latihan-latihan seperti perbanyak puasa serta bicara dikurangi (banyak bicara sering menimbulkan dosa) dan mujahadah (berperang melawan hawa nafsu).Untuk supaya khusuk melakukan ini seorang salik sering berkhalwat (mengasingkan diri dari keramaian) ini tidak mesti kehutan atau kegunung bisa dirumah dan dilakukan dalam kamar atau ruangan khusus. Mengapa para salik biasanya untuk berkhalwat cendrung ke gunung atau hutan supaya lebih bisa hening menyasikan kebesaran tuhan dan menyatu dengan alam semesta ( merupakan ayat-ayat Allah yang tidak tertulis)namun perlu ditekankani ini bukan satu kemestian bisa juga para salik iktikaf di mesjid setiap hari sehingga larut malam seperti yang sering dilakukan oleh Ibnu Sina. Laku-laku yang seperti ini diperlukan seorang Mursyid (guru) sebagai pembimbing karena kalau tidak ada pembimbing si salik akan mudah tersesat dan gunanya guru disini untuk mengarahkan agar berada pada jalur yang benar. 3. Hakekat Pada tahap ini si salik atau sufi telah dikaruniakan oleh Allah hijab-hijab (pembatas) yang ada sudah mulai terbuka satu persatu, dan pencerahan yang dirasakan oleh si salik membuat kebesaran-kebesaran Allah mulai terlihat secara transparan oleh salik (hakekat yang ada di alam semesta mulai terlihat). Di fase ini seorang salik sering melakukan tafakur (renungan) dan ilham serta cahaya ke ilmuwan sering dirasakan, dan yang sering terlihat kebesaran Allah pada semua sisi, seperti bahasa orang-orang sufi yang mengatakan apa yang dilihatnya semua hanya tangan-tangan Allah bekerja di alam ini. 4. Makrifat Fase yang terakhir dimana seperti dikatakan di dalam salah satu hadis Qudsi ketika Berbicara mulutnya adalah mulutKu (Allah), ketika melihat matanya adalah mataKu dan ketika mendengar telinganya adalah telingaKu intinya hadis ini segala tindakan adalah dalam ridhoNya. Sebahagian sumber mengatakan ajaran tasawuf itu ada semenjak manusia itu ada namun dalam perkembangan sebahagian Ahli spritual membagi lagi ajaran tasawuf kedalam dua aliran: a. Tasawuf Filsafati ( tasawuf filsafat) Tasawuf filsafat salah satu tasawuf yang dianggap meyimpang dari kaedah Islam, karena terlalu bebas pola berpikir dan bersikapnya akhirnya mereka sering dibilang pantheis (menggabungkan mahluk pencipitaNya) sementara mereka berpikiran antara mahluk dan khaliknya tidak bisa disatukan tokoh dari aliran ini seperti Ibnu Arabi, Al halaj, Hamzah Fansuri, termasuk syeh Siti Jenar serta masih bayak tokohnya yang lain. b. Tasawuf Syareati (tasawuf yang mengacu kepada kaedah syareat) Aliran ini yang eksistensinya banyak diakui oleh kalangan muslimin (Islam) karena katanya sesuai dengan Al Qur'an dan Sunnah dan tokohnya Imam Ghazali, Ibnu Athailla Ibnu Qoyim Aljauziah dan banyak lagi. Bagi pandangan orang tasawuf perbedaan merupakan sunnahtullah walaupun berbagai macam jenis atau warnanya jadi tidak pernah dipermasalahkan sehingga orang kalangan tasawuf atau sufi tidak suka menghujat (mempermasalahkan segala sesuatu hal) tetapi tidak untuk kalangan syaret, selalu mencari kesalahan orang lain dan merasa diri paling benar sehingga kesalahan diri tidak terlihat (sperti kata pepatah semut diseberang laut kelihatan Gajah dipelupuk mata tak terlihat).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H