Mohon tunggu...
Leu walang
Leu walang Mohon Tunggu... Mahasiswa - El-habib

Petualangan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ritual Birokrasi Kampus: Mencari Makna di Tengah Labirin Administrasi dan Bahaya Heningnya Aktivis Kampus

16 Agustus 2024   07:40 Diperbarui: 16 Agustus 2024   07:55 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dunia kampus, birokrasi sering kali seperti labirin tak berujung. Proses administrasi yang rumit dan prosedur yang kaku bisa terasa seperti ritual magis yang hanya dipahami oleh beberapa orang terpilih. Mulai dari mengurus izin kegiatan hingga mengajukan proposal, setiap langkah seolah harus melalui serangkaian pintu berlabel "Persetujuan," "Verifikasi," dan "Pengesahan" yang tak berkesudahan.

Pernahkah Anda merasa seperti karakter dalam permainan video, mencoba menyelesaikan level-level birokrasi yang penuh jebakan? Setiap formulir yang diisi, setiap tanda tangan yang didapatkan, seolah menjadi tantangan tersendiri. Bahkan, kadang-kadang tampaknya diperlukan lebih banyak waktu untuk mendapatkan stempel resmi daripada untuk menyelesaikan proyek yang sebenarnya.

Ironisnya, di balik semua kerumitan ini, ada pertanyaan mendasar yang jarang terjawab: Apakah semua aturan ini benar-benar memperbaiki sistem atau hanya memperumit proses? Alih-alih memfasilitasi kemajuan, birokrasi terkadang justru menghambat kreativitas dan inisiatif mahasiswa.

Namun, di tengah semua kekacauan administratif ini, ada faktor lain yang tak kalah penting: diamnya aktivis kampus. Ketika mahasiswa yang seharusnya menjadi agen perubahan memilih untuk menahan diri, dampaknya bisa jauh lebih merusak daripada birokrasi itu sendiri. Ketidakaktifan aktivis yang seharusnya mendorong perubahan dan mengkritisi kebijakan justru memperparah masalah, membiarkan sistem yang ada berjalan tanpa tantangan berarti.

Diamnya aktivis kampus bukan hanya berarti kehilangan suara dalam diskusi penting, tetapi juga menandakan penurunan semangat dan motivasi untuk memperjuangkan perbaikan. Ketika para pemimpin mahasiswa tidak bergerak, tidak ada yang mendorong untuk menyederhanakan prosedur atau mempertanyakan kebijakan yang tidak efektif. Dalam keadaan ini, birokrasi menjadi semakin mengikat, dan mahasiswa semakin terjebak dalam rutinitas tanpa akhir.

Bersamaan dengan ketidakmampuan untuk menavigasi birokrasi yang rumit, ketidakaktifan aktivis kampus berpotensi menciptakan bencana yang lebih besar---kegagalan sistem untuk beradaptasi dan berkembang. Tanpa tantangan dan dorongan dari aktivis, sistem administratif yang sudah rumit ini mungkin tidak akan pernah berubah, menjadikannya lebih dari sekadar penghalang, tetapi ancaman nyata bagi kemajuan dan vitalitas kampus.

Di tengah segala kejelasan administratif, mungkin sudah saatnya kita mencari makna yang lebih mendalam dan efisiensi dalam labirin birokrasi ini. Mendorong perubahan, dan berjuang untuk sistem yang lebih adil dan efisien. Tanpa tindakan dan keterlibatan yang aktif, kita berisiko terjebak dalam siklus stagnasi yang merugikan semua pihak.

#mahen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun