Mohon tunggu...
Leu walang
Leu walang Mohon Tunggu... Mahasiswa - El-habib

Petualangan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sepuh Turun Gunung

28 Januari 2024   23:13 Diperbarui: 28 Januari 2024   23:21 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benteko, semarang, Indonesia (Dokumentasi pribadi)

Warning!!
"Biasakan untuk membaca sampai selesai, Terkadang kedunguan lahir karena setengah-setengah"

Pro Dan kontra surat undangan serta infografis yang di buat oleh BEM km unimus.
Hal ini menarik reaksi dari  beberapa mahasiswa dan alumni ormawa unimus terdahulu "mas dan mbaq". Banyak  komentar yang di lontarkan lewat kolom komentar Instagram BEM KM, berbagai macam ucapan disampaikan lewat komentar yang bila di ambil kesimpulan kurang lebih isinya adalah "menyalahkan BEM km".

Dalam tulisan ini sebenarnya bukan persoalan benar atau salah BEM km menyuarakan tindakan sema tapi bagaimana memberikan sedikit siraman rohani dalam hal pandangan saya terhadap komentar si paling sepuh.

sebenarnya saya sedikit bangga "akhirnya Instagram BEM Km bisa rame dengan komentar", Apalagi banyak komentar dari sesepuh atau mungkin bahasa gaulnya "sesepuh turun gunung". Komentar yang di layangkan, bagi saya tidak ada poin substitusi yang di sampaikan. Hanya sebatas sentimen tidak ada ilmu yang bisa di dapatkan.
Sesepuh dan para netizen yang berkomentar, secara pandangan subjektif saya adalah orang-orang yang mungkin memiliki dendam tersendiri terhadap BEM KM unimus di periode ini.  Hal ini terlihat dari bagaimana isi komentar yang di layangkan.

Bagi saya, yang seharusnya lebih untuk di sorot oleh  para sesepuh "orang yang lebih paham", katanya!! adalah Kenapa?  BEM KM melayangkan surat. Karena alasan itulah yang bisa melahirkan pandangan objektif untuk semuanya. Dan mungkin dari pandangan saya BEM KM perlu menyikapi itu dan mungkin ini tidak hanya sebatas tiba-tiba tapi ada pembahasan dan tentunya bukan dari BEM km aja, "mungkin".

Saya pikir si paling paham "para sesepuh" seharunya memberikan pandangan yang berisi seperti apa yang sudah di dapatkan ketika berorganisasi dan ber mahasiswa. Atau mungkin kurang materi kemahasiswaan ketika berorganisasi dan bermahasiswa?, Sehingga begitu sempitnya dalam memberikan komentar. Setau saya ciri seorang mahasiswa selain dari pada almamater dan lainnya ada lagi ciri seorang mahasiswa adalah dari pikirannya yaitu "rasional,analitis, kritis, sistematis,dan objektif.

Dalam tulisan ini saran saya pada si paling sepuh bila menemukan permasalahan, alangkah lebih baiknya jangan meninggalkan ciri sebagi seorang mahasiswa, menganalisis terlebih dahulu permasalahannya. Tapi untuk persoalan ini saya pikir sesepuh udah tau permasalahannya di mana hanya saja sentimen yang terlalu berlebihan sehingga hanya menyoroti satu persoalan. Atau mungkin yang komentar menyepakati terkait adanya partai atau apalah itu bukan itu sebenarnya permasalahannya. Mau adanya partai atau tidak,  itu ada aturan nya dalam berorganisasi. Sehingga dalam berorganisasi harus paham arah, tidak asal nyelonong aja.

Dan mungkin sedikit untuk membalas komentar dari kawan-kawan tapak suci bahwa katanya Dafa di undang sebagai pemateri bukan sebagai seorang sema dan saya menyepakati itu bahwa Dafa di undang sebagai pemateri karena di situ acara LKMM TPD otomatis  yang di perbolehkan hadir di situ adalah peserta, pemateri dan mungkin di tambah juga ada panitia. Namun saya kurang sepakat bahwa yang hadir di situ hanyalah sebagai seorang Dafa karena ini bicara soal identitas. Kemanapun Dafa, identitas nya sebagai seorang sema melekat pada dirinya. Dan sangat tidak masuk bila isi materinya membahas tentang partai sentanu, walaupun itu hanya sekedar contoh.  Saya pikir tidak perlu saya jelaskan apa alasannya. "Mungkin ini bisa kita diskusikan lebih lanjut".

Dan mohon maaf apabila tulisan ini menyinggung perasaan kawan-kawan atau para sesepuh, tidak ada maksud lain dalam tulisan ini. Hanya untuk mengajak kawan-kawan dan para sesepuh untuk lebih berpikir secara analisis untuk melahirkan pikiran yang objektif. Dan saya sepakat seperti apa yang di sampaikan oleh bang riswanto dalam komentar yang secara pikiran sangat terbuka dan memberikan pandangan yang luar biasa untuk di tiru.  

Terimakasih,
"Salam akal sehat"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun