Mohon tunggu...
Lucia Eny
Lucia Eny Mohon Tunggu... -

Luciaeny, sekretaris salah satu koperasi di Makassar, Ide untuk menulis datang dari mengamati perilaku kreditur, dan berbagi cerita untuk memberi pencerahan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Uang Receh

28 Februari 2010   12:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:41 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seorang Pengkhotbah muda diundang untuk membagikan Ceramah di dalam sebuah Ibadah.

Dalam ibadah itu ia mengupas tentang hal “Jangan Mencuri”, salah satu poin dari sepuluh perintah Allah.

Keesokan harinya ia naik bus kota, dan memberikan uang satu dollar untuk membayar ongkosnya, kemudian ia menerima uang receh sebagai kembaliannya dan berjalan ke pintu keluar sambil menghitungnya. Ternyata uang yang diterimanya lebih, dan ia terus berjalan sambil berkata dalam hatinya, “Pemilik bus kota ini tidak akan bangkrut hanya karena uang ini. Ini kan hanya recehan…………..” Namun beberapa detik kemudian hatinya berubah, ia memutar haluan dan berjalan kearah depan. Sambil menyerahkan uang kepada kondektur ia berkata, “Kembaliannya lebih nih….” Reaksi sang kondektur sungguh diluar dugaannya.

“Saya sengaja Pak Pendeta, kemarin saya mendengar khotbah Bapak tentang hukum,

“Jangan Mencuri”, dimana kita tidak boleh mengambil barang orang lain atau apa saja yang bukan bagian kita. Dari tadi saya memperhatikan Bapak melangkah sambil menghitung uang kembalian itu, dan ternyata Bapak melakukan apa yang Bapak ajarkan,” jawab sang kondektur sambil mengacungkan jempolnya.

Hari itu si Pengkhotbah muda lulus dalam ujian kejujuran, dan dalam prosesnya ia memberi kesaksian iman yang dinyatakan dalam perbuatannya.

Uang receh itu adalah penguji yang kelihatan kecil atau sepele, tapi jika lulus maka itu membuktikan bahwa iman yang diperkatakannya selaras dengan perbuatannya. Namun dewasa ini iman yang ada di dalam diri orang percaya sudah menjadi “barang” langka, apalagi di Indonesia yang merupakan negara dimana tingkat korupsinya tinggi. Fakta ini menunjukkan bahwa banyak pejabat yang tidak jujur didalam melakukan tugasnya.

Pejabat dan pengusaha berkolusi melakukan penipuan kelas kakap, karyawan atau buruh yang kecil melakukan penipuan kecil.

Semua dilakukan untuk mengeruk keuntungan bagi diri sendiri.

Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran !!

Selain karena uang, ada juga orang-orang yang tidak berlaku jujur demi popularitas,kehormatan, atau mempertahankan kedudukannya.

Biasanya hal ini banyak terjadi dipanggung politik atau pemerintahan, tetapi tidak menutup kemungkinan juga terjadi dirumah2 Ibadah.

Tetapi semua fakta ini tidak bisa menjadi alasan bagi anak-anak Tuhan, untuk tidak berlaku jujur, karena Tuhan selalu ada di pihak orang yang jujur.

Have a great sunday, semoga menjadi inspirasi untuk berlaku jujur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun