Mohon tunggu...
Lucia Eny
Lucia Eny Mohon Tunggu... -

Luciaeny, sekretaris salah satu koperasi di Makassar, Ide untuk menulis datang dari mengamati perilaku kreditur, dan berbagi cerita untuk memberi pencerahan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kunci Kebahagiaan Terletak di Tangan Kita

8 Maret 2011   05:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:58 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Seorang yang matang dapat menggenggam kunci kebahagian ditangannya sendiri, dia tidak mengharapkan orang lain memberinya kebahagiaan, malahan dia akan membawa kebahagian dan kegembiraan kepada orang lain.

Minggu pagi seluruh keluarga dengan gembira pergi ke restoran cepat saji menikmati sarapan pagi, saya mendapat tugas berbaris mengantri memesan makanan, suami saya dan anak-anak ke lantai atas mencari tempat duduk, didepan saya hanya ada seorang yang sedang mengantri, didalam hati saya berpikir dalam 5 menit makanan sudah bisa dipesan, tetapi tidak disangka, pelayannya adalah orang baru, selalu membuat kesalahan, saya memandang ke samping kiri kanan saya semuanya sudah bergerak dengan cepat, orang-orang yang lebih lambat datang semuanya sudah mengambil makanan dan meninggalkan tempat itu, tetapi orang yang berdiri didepan saya sama sekali tidak bergerak.

Saya mulai tidak sabaran, ketika sudah sampai ke giliran saya, makanan yang saya pesan beberapa jenis sudah tidak ada harus menunggu sekitar 5-6 menit lagi, suami saya juga sudah turun dan berada disamping saya ingin mengetahui apa yang terjadi?, saya menyuruhnya membawa makanan yang sudah tersedia kembali ke lantai atas, saya tetap berdiri menunggu, ketika saya melihat ke jam tangan, dari saya masuk mulai mengantri sampai sekarang sudah menghabiskan waktu 25 menit, sungguh keterlaluan!

Saya merasakan denyut jantung saya mulai lebih cepat, benar, ini adalah pertanda emosi saya mulai tidak stabil. Tetapi setelah dipikir kembali hari minggu yang demikian cerah ingin bersama dengan keluarga melewati hari minggu dengan ceria, mana boleh emosi saya dikacaukan oleh seorang pelayan yang belum berpengalaman?

Saat itu juga saya memutuskan dengan bijaksana, yaitu menolak semua orang dan lingkungan yang membuat emosi saya tidak stabil, menggenggam sendiri “Kunci kebahagiaan ditangan sendiri.” Ketika tiba giliran saya yang dilayani dan setelah ia berhasil mengambilkan semua pesanan saya, dengan tersenyum cerah saya berkata “terima kasih” lalu dengan gembira membalikkan badan dengan hati yang gembira mencari keluarga saya.

Di hati setiap orang ada sebuah kunci kebahagiaan, tetapi kita sering tidak sadar menyerahkan kepada orang lain dan dikuasai oleh orang lain. Seorang perempuan berkata kepada saya, “Hidup saya sangat tidak bahagia, karena suami saya sering ke luar kota.” Dia menyerahkan kunci kebahagiaan ke tangan suaminya, seorang ibu berkata, “Anak saya selalu tidak patuh, saya sangat marah” dia menyerahkan kunci kebahagiaan ke tangan anaknya. Pria sering berkata, “Atasan saya selalu memandang rendah saya, sehingga saya selalu emosional.” Dia menyerahkan kunci kebahagiaan ke tangan atasannya, mertua berkata, “menantu saya tidak sayang kepada saya, nasib saya sungguh malang.” Dia menyerahkan kunci kebahagiaan ke tangan menantunya, pemuda dan pemudi keluar dari toko komputer, “layanan toko ini sungguh jelek, membuat saya emosi.” Semua orang ini telah membuat kesimpulan yang sama yaitu membuat orang lain mengontrol emosi dan suasana hatinya.

Ketika kita membiarkan orang lain mengontrol suasana hati dan emosi kita, kita akan merasa kita selalu dirugikan oleh orang lain, membuat kita tidak berdaya, sehingga kita menjadi emosional dan marah-marah, mulai menyalahkan orang lain bahkan mulai berpikir, “saya demikian sengsara, semua ini adalah akibat kesalahan kamu, kamu harus bertanggung jawab atas semua penderitaan saya.” Pada saat ini kita akan melimpahkan semua kesalahan kepada semua orang yang ada disekeliling kita, meminta mereka membuat kita menjadi bahagia. Bahkan kita seolah tidak dapat mengontrol diri kita sendiri, sungguh menyedihkan hanya bisa membiarkan orang lain mengatur hidup kita.

Ini adalah jenis orang yang membuat orang lain tidak berani mendekatinya ingin menjauhinya. Seseorang yang matang dia bisa menggenggam kunci kebahagiaan ditangannya sendiri, dia tidak mengharapkan orang lain memberinya kebahagiaan, malahan dia akan membawa kegembiraan dan kebahagiaan kepada orang lain. Emosi dan suasana hatinya selalu stabil, bertanggung jawab kepada diri sendiri, bergaul dengan jenis orang ini adalah sebuah kebahagiaan bukan tekanan.

Dimanakah kunci kebahagiaanmu? Ditangan orang lainkah? Cepatlah pergi mengambalnya kembali !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun