Mohon tunggu...
Lesto Kusumo
Lesto Kusumo Mohon Tunggu... -

Motto: From Nothing do Something. \r\nPekerjaan utama Narasumber Mitigasi Bencana pada salah satu Kementerian. Kegiatan sehari-hari adalah Petani Organik, pekerjaan sampingan Independent Consultant di bidang Corrosion, Operation and Maintenance, Di samping menekuni penelitian Bioteknologi juga asik mengutak-atik masalah Engineering GIS and Spatial Analysis, sekarang sedang asik dengan frekuensi, telemetri dan pengiriman data digital via frekuensi.\r\nHobby saat ini meneliti Mikrobiologi, Bioteknologi dan Bioremediasi. \r\nPendiri Lembaga Penelitian dan Pengjkajian MRC-Merapi Rescue Community/Matsushita Response Corps yang bergerak di bidang Mitigation, Rescue and Conservation.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Waspadai Abu Vulkanik Kelud Sebagai Bahan Berbahaya dan Beracun yang Tidak Dapat Menjadi Pupuk Tanaman dalam Waktu Singkat

17 Februari 2014   13:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:45 1812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Informasi bahwa abu dan material vulkanik dapat menjadi pupuk dan menyuburkan dalam beberapa minggu sangat perlu dicermati.  Abu vulkanik dan material vulkanik memang mengandung materi mineral makro (pospat, kalium) dan  mikro (Si, Ca, Mg, Al, Bo dan lainnya) yang dibutuhkan tanaman, namun perlu dicermati beberapa hal terlebih dahulu. Abu vulkanik dapat dikategorikan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), baru dapat menjadi pupuk setelah proses alam setelah bertahun-tahun dengan penguraian dan pencucian racun. Material dikategorikan B3 bila mengandung sifat mudah terbakar (ignitable), korosi (corrosive), reaktif (reactive) dan beracun (toxic). Untuk lebih memastikan perlu dilakukan penelitian dan pengujian kadar potensi B3 terlebih dahulu termasuk TCLP.   TCLP adalah Toxicity Characteristic Leaching Procedures, pengukuran karakter kadar atau konstrasi pencemar. Hal ini dikarenakan material vulkabik berasal dari perut bumi yang memiliki karakter yang sama dengan material hasil pemboran di migas dan geothermal dimana material padat dan cair hasil pemboran dikategorikan sebagai Limbah B3 hingga ada jaminan bahwa analisa B3 telah berada di toleransi wajar. Ambang batas B3 dikeluarkan Menteri ESDM dan Badan Lingkungan Hidup/Menteri Lingkungan Hidup. Material vulkanik yang mengandung parameter berbahaya yang di atas ambang toleransi dapat berbahaya bagi kesehatan apabila terserap oleh tubuh. Beberapa material vulkanik bahkan ada yang mengandung radiasi di atas ambang toleransi manusia seperti yang ditemui di Kaliadem pada tahun 2007 oleh BATAN, Yogyakarta. Sayangnya temuan ini tidak dipublikasikan terkait masalah ekonomi dan agar tidak menimbulkan kepanikan. Material vulkanik bila terkena air dapat melepaskan gas beracun ini terjadi di Kali Gendol yang berhulu di Merapi, DI Yogyakarta pasca erupsi 2006 dan 2010. Beberapa lepasan material vulkanik di di Lava Tour, Cangkringan, Yogyakarta telah mengakibatkan gangguan ISPA bahkan terindikasi mengakibatkan gangguan paru-paru kronis. Seputaran Merapi setelah erupsi tahun 2010 hingga saat ini masih sulit tanaman untuk hidup kecuali tanaman perintis seperti rumput, semak dll. Demikian juga dengan Daerah Seputaran Gunung Galunggung, baru pulih setelah puluhan tahun kemudian. Untuk mempercepat proses perlu dilakukan bioremediasi dan fitoremediasi. Proses bioremediasi berfungsi mengurai racun, mengurai rantai kimia berbahan berbahaya menjadi rantai sederhana dan juga pengubahan materi menjadi anion dan kation yang akan berasosiasi dengan akar tanaman. Untuk mempercepat proses maka perlu dilakukan juga fitoremediasi yaitu penguraian materi dengan bantuan akar tanaman dimana akar tanaman akan menyerap materi berbahaya. Proses Bioremediasi dan Fitoremediasi akan mempercepat proses penguraian materi berbahaya hingga toleransi dimana tanaman komersial dan tegakan dapat hidup. Waspadai tanaman sayuran yang berasal daerah tercemar material berbahaya, karena beberapa tanaman meniliki sifat sebagai fitoremediasi, menyerap material berbahaya ke dalam akar dan tubuh tanaman seperti kangkung, bayam dan beberapa tanaman lainnya. Untuk itu perlu dilakukan kajian dan pengukuran kandungan B3 dari area tercemar serta tanaman untuk menjamin bahwa tanaman tersebut bebas kandungan B3 atau beada di bawah ambang batas yang diijinkan. FORMULASI BIOREMEDIASI DAN FITOREMEDIASI TERHADAP MATERIAL VULKANIK Penelitian Bioremediasi dan Fitoremediasi terhadap material vulkanik Merapi dan Limbah pemboran Migas telah telah dilakukan MRC dan SAMRO Technology, beberapa formulasi Bioremediasi telah dihasilkan dan juga untuk pengkondisian Fitoremediasi, tinggal dilakukan perbanyakan dari formulasi tersebut bila dibutuhkan... Perlakuan Bioremediasi membutuhkan waktu 2 X 30 hari untuk tahap awal dan fitoremediasi membutuhkan 2 X 45 hari dengan tetap diberi perlakuan Bioremediasi. Pada fasa Bioremediasi formulasi dicampurkan dengan pupuk kandang atau organic granule fertilizer dengan menjaga kelembaban tanah. Pada fasa Fitoremediasi, tanaman yang bersifat penyerap materi racun disebar dan tetap diberi perlakuan seperti tahap Bioremediasi. Tanaman ini dapat dikonsumsi hewan. Demikian seterusnya hingga kadar B3 mencapai batas toleransi aman, hingga dapat ditanami tegakan ringan-sedang dan tanaman komersial-konsumsi. A. Lesto P. Kusumo Narasumber Kebencanaan dan Bencana Sedimen Praktisi Bioremediasi dan Fitoremediasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun