Kebosanan Mulai Bertahta
Kebosanan sudah mulai menjajal, gairah yang sempat berapi-api lama-lama mulai redup. Perlahan-lahan aku membujuk hati agar mau bekerjasama. Namun tetap saja dia menolak.
"Aku sudah malas dan bosan, terlalu banyak metode metode membuat memori full."
Hingga tak mampu berpikir dan bertindak. Yahhh menjadi buntu. Hingga goresan yang acak adut terbengkalai. Berantakan dan aku malas merapikannya. Mereka sudah berlomba-lomba mengirimkan apresiasinya. Bahkan mendapatkan reward. Awalnya aku menginginkan reward itu. Namun karena setiap pertemuan selalu kalah. Sehingga aku memutuskan tidak mau ikutan lagi untuk mendapatkan hadiah.
Sesuka hati dan sesempatnya saja. Sehingga waktu pun berlalu, sudah mau sehari, bahkan besok berjumpa lagi. Masih sanggupkah. Aku menantang diri sendiri. Apa yang sudah dimulai harus diselesaikan. Tinggal satu purnama lagi, ayo semangat.
"Rapikan yang berantakan, segera kirimkan!"
"Iya, biarkan aku rehat sejenak, mengambil napas agar kuat berlari mengejar ketertinggalan."
Puing-puing semangat kubangun lagi, kutata dengan rapi dan kokoh. Harus bisa mengalahkan keengganan. Semangat kembali berkobar.
Goresan hati Erina Purba
Bekasi, 31012023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H