Sumber gambar dokri
Kecelakaan Tunggal Membuat Kaki Patah
Kecelakaan terjadi tanpa kita inginkan. Kecelakaan yang bisa merenggut nyawa dan bisa membuat kita menderita menahan sakit dan nyeri akibat patah tulang.
Kecelakaan menimpa saya pada tanggal 1 Maret 2022. Hujan terus menerus mengguyur dari pagi hingga sore hari. Dalam hujan kami terus menelusuri jalan tanpa berhenti untuk berteduh. Berhubung ada janji saat itu.
 Memburu waktu kami tetap jalan walaupun hujan. Sepanjang jalan sempat juga kami mau berhenti, bahkan keinginan itu sampai 3 kali. Tetapi karena mengingat ada janji, akhirnya kami tetap jalan dengan kondisi motor tidak terlalu kencang. Hujan masih gerimis, suasana sepi, kami sudah di pintu gerbang perumahan. Perjalanan dari gerbang utama perumahan lumayan jauh sekitar 7 kilo.
Tidak berapa jauh dari kantor pemasaran, tiba-tiba teman yang membonceng saya berkata: licin dan semua gelap. Saya sudah di trotoar tergeletak dengan posisi miring sebelah kiri. Tak berapa lama melihat teman berguling-guling, sedikit lagi kepalanya hampir masuk ke dalam got. Masih untung kami memakai helm.
Melihat teman berguling-guling, ada niat untuk menolong. Apa yang terjadi, saya tidak bisa mengangkat kaki sebelah kiri dan ketika diangkat seperti bunyi gluk-gluk dan grrrr rasa sakit yang luar biasa. Spontan berteriak kencang. "Aku tidak bisa mengangkat kakiku, Bu Nor. Kakiku patah," saya berteriak sekencang mungkin.
Awalnya teman belum sadar apa yang terjadi. Ternyata sempat juga dia pingsan sebentar. Setelah saya berteriak sekencang mungkin dan menangis barulah dia tersadar. Dan segera menghampiri. Kemudian lewat kendaraan bermotor dan di seberang lewat juga mobil Elf, dia segera putar haluan. Teman berteriak minta tolong.
Mereka segera menolong kami, pengendara motor dan pengumudi mobil Elf. Setelah di dalam mobil. Pengemudi masih bertanya. Mau dibawa ke RS atau dukun patah. Tetapi karena ingin segera tertolong, mengingat saya merintih kesakitan. Teman memilih dibawa ke dukun patah.
Ternyata ke dukun patah bukan solusi. Sepulang dari sana, rasa nyeri dan pedih mulai berpesta, tak henti-hentinya rintihan keluar dari mulut. Tidak selera makan bahkan tidak bisa tidur karena sakitnya luar biasa.