"Lho uang kemana saja, kok sudah habis?" Ujar bapak tidak percaya, padahal setiap hari menarik taksi dan uangnya utuh kecuali komisi.
"Semuanya mahal, dan yang Bapak kasih itu juga kurang. Belum bayar hutang bulan lalu. Itu juga bersyukur masih bisa makan walaupun ala kadarnya." Emak masih sabar menjelaskan.
"Jadi sama sekali Mamak tidak menyimpan setiap Bapak kasih uang." Masih raut tidak percaya Bapak menanyakan perihal keuangan.
"Jadi Bapak, tidak terima uangnya cepat habis, ok mulai sekarang silahkan  Bapak belanja sendiri. Aku hanya mengolahnya menjadi makanan," Emak mulai berang, wajahnya sudah merah. Suara sudah mulai meninggi.
"Bukan begitu Mak, Bapak hanya ingin tahu aja," Bapak mulai melembut , ternyata perkataannya sangat menyinggung hati istrinya.
"Apa harus Mamak catat semua pengeluaran dan pemasukan agar Bapak percaya?" Emak mulai menangis padahal selama ini sudah berusaha mengatur keuangan agar cukup.
Akhirnya dengan kemarahan istri, sang suami mulai saat itu tidak berani menanyakan perihal keuangan. Berapa pemasukan dan pengeluaran. Memberikan kepercayaan kepada istri sepenuh hati. Terbukti selama beberapa tahun berumah tangga, gaji sedikit , gaji besar bisa tercukupi kebutuhan rumah tangga.
Suami hanya bertanya: Mak masih ada uangmu?" Itu juga penuh kehati-hatian agar istri tidak marah lagi.
Kebahagiaan istri adalah rezeki suami. Sejak saat itu ditekadkan suami agar selalu membahagiakan istrinya.
Jadi dapat disimpulkan bila suami memberikan kuasa penuh untuk istri bagian pengelolaan keuangan. Jangan sekali-kali tidak mempercayainya. Bisa menjadi perang. Karena perjuangan istri wajib diacungi jempol. Dalam kesulitan tetap bisa menemukan jalan keluar untuk bisa mempertahankan kebutuhan rumah tangga. Istri seorang manajer rumah tangga yang terbaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H