Bahtera rumah tangga kami dimulai dengan janji suci disaksikan langsung para sanak saudara dan diberkati oleh pendeta. Janji hidup dan mati sampai maut memisahkan. Telah tertulis di akte nikah. Hal yang sudah tertulis itu abadi tidak bisa dipisahkan oleh apapun. Baik itu bumi bergetar, gempa bergantian, badai silih berganti.
Ikatan janji suci tetap kokoh seperti batu karang yang teguh.
Kapal kami terus berlabuh mengarungi samudera cinta. Selalu bergandengan tangan tanpa pernah lepas. Selalu nempel seperti prangko susah dilepaskan. Kisah cinta kami disaksikan seluruh dunia
Karamnya kapal membuat goncangan hebat sehingga kekasihku tergugu dan terdiam. Aku tetap tersenyum selalu memberikan dorongan semangat. Bahwa kapal yang karam suatu saat bisa muncul lagi ke permukaan. Dengan kasih dan sabar aku selalu membisikkan kekasihku bahwa ini adalah permulaan menuju sukses.
Berlayar lagi mengarungi samudera kehidupan. Setelah kesetiaan dan kesabaran diuji oleh-Nya. Kekasihku kembali tersenyum. Mentari hadir kembali di tengah keluarga kecil kami. Bahkan bintang dan rembulan turut merayakan menampilkan cahaya di kala malam hadir.
Dermaga tempat berlabuhnya kapal kami selalu menanti. Padahal beberapa kali kami pergi berlayar tetap saja dia setia dan kokoh. Kasihku adalah nakhoda yang perkasa dan tangguh. Hingga saat ini bahtera cinta berselancar masih kokoh. Padahal sudah enam puluh lima tahun berlabuh.
Janji suci yang telah tertulis dan diucapkan dengan tulus kelak tetap abadi sampai badan sudah berkalang tanah.
Kekasihku cinta yang aku miliki tetap wangi seperti bunga melati selalu harum semerbak. Tetap mekar seperti bunga mawar bila sudah mekar alangkah cantik dan indah.
Ditulis untuk Opa Tjiptadinata Efendi dan Oma Roselina selamat ulang tahun pernikahan, sehat dan bahagia selalu GBU
Bekasi, 08012021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H