Mohon tunggu...
Lesterina Purba
Lesterina Purba Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hidup hanya sebentar perbanyaklah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Namanya Sama Ternyata Pilihan Bapak Dia Seperti Ibu Bagiku

22 Desember 2020   09:28 Diperbarui: 22 Desember 2020   09:31 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Hari ini adalah hari ibu. Saya mengucapkan selamat hari ibu buat ibu-ibu sedunia. Terutama ibu yang melahirkan dan membesarkan saya. Memiliki ibu adalah anugerah apalagi kasih sayang yang dimilikinya tidak pernah lekang oleh waktu.

Selamat hari ibu buat Emak yang melahirkan dan selamat hari Ibu buat Oppung yang membesarkan hingga saya sukses. Walaupun mereka sudah tiada tapi mereka tetap hidup sepanjang jalan hidup.

Ada seorang ibu yang sangat berpengaruh di hidup saya. Selain nenek atau Oppung. Dia adalah adik perempuan bapak. Biasa saya panggil Polu atau Bow. Semenjak ibu meninggal yang paling terdekat dengan saya dan sering menghadiahkan baju. Pada saat natalan. Polu yang namanya hampir sama dengan nama saya. Karena nama itu pemberian bapak. Dia sangat suka nama Polu. Namanya hanya diputar dari L ke E.

Namanya adalah Esterlina Purba
Sedangkan nama saya Lesterina Purba.

Dia adalah panutan bagi saya. Sehingga saya juga mengikuti nama panggilannya Ester. Dia seorang guru juga sama juga dengan jurusan yang saya ambil. Polu Esterlina adalah yang terbaik bagi saya. Kepeduliannya terhadap kami dari kecil hingga dewasa.

Yang membuat saya mengidolakannya beliau berani merantau ke Jakarta walaupun tidak ada sanak saudara di sana. Dia berani berangkat sendiri ke Jakarta kuliah meneruskan cita-citanya menjadi guru. Selain itu beliau juga berani mengajar padahal saat itu dia masih semester enam. Nah walaupun saat itu dia masih kuliah, pada saat liburan pulang ke kampung pasti ingat saya. Membelikan baju. Ketika beliau menikah. Beliau mengajak saya merantau ke Jakarta, padahal saat itu saya berumur 6 tahun. Namun bapak tidak mengizinkan.

Yang paling berkesan itu ketika saya memutuskan kuliah di umur 25 tahun. Dia memberikan semangat tidak ada kata terlambat meraih impian. Bahkan bila saya tidak bisa boleh menghubungi langsung.

Semangat dan kerja keras yang beliau miliki mendorong saya ingin meraih impian. Dan impian saya dari dulu ingin seperti beliau. Menjadi guru.

Di saat saya sudah selesai kuliah melanjutkan wisuda, beliau mengusulkan agar keluarga yang di Jakarta jangan lupa memberikan ucapan selamat atas keberhasilan saya kuliah sambil bekerja. Beliau selalu peduli. Begitu juga ketika saya pertama kali mengajar dengan gaji di bawah satu juta. Pesannya yang saya ingat. Anggaplah kamu sedang belajar tetapi digaji. Benar dengan seperti itu saya semangat mengajar. Belajar sepanjang hayat tidak ada bosan-bosannya.

Perhatian beliau tidak sampai di situ bahkan ketika saya melahirkan ketika itu proses anak pertama kesulitan. Beliau menenangkan saya kalau uang jangan dipikirkan yang penting sehat ibu dan anak. Begitu terus sehingga beliau meninggal, perhatiannya itu kepada semua orang. Ketika dia meninggal hampir semua orang yang mengenalnya  menitikkan air mata. Mengenang segala kebaikannya selama dia hidup.

Kini dia telah bahagia bersama Bapa di sorga. Tapi selalu hidup di hidup saya. Polu Esterlina yang baik hati. Bahkan adik-adiknya diajak serta merantau ke Jakarta. Begitu juga dengan kedua Abang  dan saya juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun